Bayangkan suatu sore, Anda duduk santai di ruang keluarga. Anak-anak sudah tidur, pekerjaan hari ini selesai, dan tidak ada kewajiban mendesak.Â
Anda membuka ponsel atau menyalakan konsol, lalu memulai satu ronde permainan favorit Anda. Rasanya menyenangkan, bukan? Tapi, tiba-tiba ada komentar dari pasangan Anda, atau mungkin dari teman, atau bahkan cuma suara kecil di kepala Anda sendiri yang berkata, "Kok masih main game sih? Udah umur segini."
Suara itu tidak asing. Mungkin Anda sudah mendengarnya berulang kali. Entah dari orang lain atau dari dalam diri Anda sendiri. Dan pertanyaannya pun muncul: apakah bermain game di usia dewasa, apalagi sudah bapak-bapak, itu wajar? Apakah itu tanda kekanak-kanakan? Atau lebih jauh lagi, apakah itu tidak Islami?
Tulisan ini akan mengajak Anda untuk melihat fenomena ini secara utuh. Tidak cuma dari kacamata budaya atau psikologi, tapi juga dari sudut pandang Islam. Karena sebagai Muslim, tentu kita ingin semua aspek hidup kita tetap berada di jalan yang diridhai oleh Allah. Termasuk dalam hal hiburan.
Game dan Lelaki Dewasa, antara Hobi dan Identitas
Generasi pria usia 30 sampai 50 tahun saat ini adalah generasi yang tumbuh besar bersama video game. Mereka menyaksikan perkembangan teknologi dari era Tetris, SEGA, dan PlayStation sampai dunia gaming modern dengan grafis sinematik dan komunitas online global. Bermain game bukan cuma sekadar hiburan bagi mereka, tapi juga bagian dari identitas.
Game menjadi ruang di mana mereka bisa mengendalikan sesuatu. Dalam dunia nyata, hidup penuh ketidakpastian. Tapi di dunia game, Anda bisa mengatur strategi, menaklukkan tantangan, atau sekadar menikmati cerita. Itu bisa menjadi bentuk relaksasi, bahkan kadang-kadang bentuk terapi.
Tapi tentu, tidak semua orang melihatnya begitu. Masih banyak yang memandang game sebagai "mainan anak-anak". Maka ketika seorang pria dewasa memainkannya, pandangan negatif pun muncul. Sayangnya, penilaian ini sering kali tidak mempertimbangkan konteks dan perkembangan zaman.
Apa Kata Psikologi tentang Bermain Game di Usia Dewasa?
Dalam psikologi modern, konsep bermain atau "play" tidak dibatasi oleh usia. Bermain adalah bagian dari kebutuhan manusia untuk mengekspresikan diri, meredakan stres, dan membangun hubungan sosial. Bahkan, berbagai penelitian menunjukkan kalau bermain game dalam durasi wajar bisa meningkatkan fungsi kognitif, memperbaiki suasana hati, dan memperkuat ikatan sosial.
Tentu saja, bermain game tidak boleh menjadi pelarian dari tanggung jawab. Tapi kalau Anda bisa menyeimbangkannya---menjalankan peran sebagai suami, ayah, pekerja, sekaligus punya waktu untuk bermain---maka itu justru tanda kedewasaan. Anda tahu kapan harus fokus dan kapan harus rileks. Anda tidak kehilangan arah, cuma karena Anda menikmati hiburan.
Jadi, dari sisi psikologi, bermain game bagi pria dewasa itu tidak salah. Yang salah adalah kalau Anda kehilangan kontrol dan menjadikan game sebagai pelarian dari realita. Tapi kalau game justru membantu Anda mengatur stres, menjaga kesehatan mental, atau bahkan membangun hubungan dengan anak-anak Anda---maka itu hal yang positif.