Mohon tunggu...
Dicky Saputra
Dicky Saputra Mohon Tunggu... Let's talk about life.

IG: cakesbyzas

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Ini Dampak Positif Memberi Tahu Anak Kondisi Keuangan Orang Tua

26 April 2025   08:00 Diperbarui: 25 April 2025   09:35 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memberi tahu anak kondisi keuangan orang tua mengajarkan mereka tetap realistis (Freepik)

Pernahkah kamu duduk di ruang tengah, menatap kalender yang mulai dipenuhi tanggal jatuh tempo, lalu dari kamar terdengar suara anakmu bertanya, "Mah, aku boleh ikut study tour nggak? Semua temanku ikut." Sementara pikiranmu masih tertambat di tagihan sekolah bulan lalu yang belum lunas. Kamu tersenyum kecil, menahan air mata yang menggenang di ujung mata. Bukan karena marah, bukan juga karena malu, tapi karena hatimu sedang berkecamuk. Kamu ingin bilang iya, tapi dompetmu sudah lebih jujur dari harapanmu.

Dalam situasi seperti ini, banyak orang tua merasa bingung. Haruskah jujur pada anak tentang kondisi keuangan keluarga? Haruskah anak tahu kalau kita sedang tidak baik-baik saja secara finansial? Atau lebih baik diam dan menanggung semuanya sendiri?

Pertanyaan-pertanyaan itu bukan cuma soal strategi komunikasi keluarga. Ia adalah cerita tentang cinta, tanggung jawab, dan dilema orang tua yang ingin memberikan segalanya, tapi harus berdamai dengan kenyataan.

Menghindari atau Mengajak Anak Tahu?

Banyak dari kita tumbuh dengan ajaran, "Anak kecil jangan dibebani masalah orang dewasa." Ada benarnya. Anak memang butuh masa kecil yang aman, ceria, dan bebas dari stres. Tapi hidup tidak selalu sesederhana itu. Ketika harga kebutuhan pokok naik, cicilan menumpuk, dan pekerjaan tidak lagi seaman dulu, menjaga semuanya tetap tersembunyi bukan lagi pilihan yang realistis.

Menyampaikan kondisi keuangan keluarga bukan berarti menumpahkan beban pada anak. Itu bisa menjadi momen pembelajaran yang sangat berharga---tentu saja kalau disampaikan dengan cara yang bijak dan penuh kasih sayang.

Kamu tidak perlu menjelaskan berapa nominal utang atau menyebutkan saldo rekening yang hampir habis. Tapi kamu bisa mengajak anak mengerti situasi dengan bahasa yang lembut, tenang, dan penuh harapan. Katakan, misalnya, "Sekarang kita lagi berusaha lebih hemat supaya kita tetap bisa bayar sekolah dan kebutuhan penting lainnya. Mama tahu kamu ingin ikut acara itu, tapi kita tunda dulu ya. Bukan karena kamu nggak penting, justru karena kamu penting makanya Mama ingin semuanya tetap berjalan baik buat kamu."

Saat Anak Belajar dari Realitas, Bukan dari Dongeng

Anak-anak, bahkan yang masih duduk di bangku SD, jauh lebih peka daripada yang kita kira. Mereka bisa membaca perubahan dari raut wajah kita, dari nada suara kita saat menjawab permintaan mereka, atau dari obrolan yang tak sengaja mereka dengar. Ketika kita memilih untuk tidak berkata apa-apa, bukan berarti mereka tidak merasa apa-apa. Kadang justru yang membuat mereka cemas adalah ketidaktahuan.

Ketika anak tahu kalau keluarganya sedang berhemat, bukan untuk membuat hidupnya menderita, tapi untuk memastikan kalau hal-hal penting tetap terpenuhi, mereka belajar tentang prioritas. Mereka belajar kalau hidup itu bukan selalu soal keinginan, tapi juga tanggung jawab dan pengorbanan. Mereka belajar kalau orang tuanya bukan superhero yang bisa menyulap masalah menjadi emas, tapi manusia biasa yang sedang berjuang dengan jujur.

Dan dari situlah mereka belajar menjadi manusia.

Menanam Nilai dari Meja Makan

Pernah ada satu keluarga sederhana yang memilih untuk membicarakan keuangan mereka di meja makan. Bukan dengan nada tegang seperti rapat darurat, tapi dengan gaya ngobrol biasa. Anak-anak mereka tahu kapan harus berhenti minta jajan karena uang bulanan tinggal sedikit. Mereka tahu kenapa liburan tahun ini cukup di rumah saja. Dan mereka juga tahu, kalau satu hari nanti keadaan membaik, orang tua mereka pasti akan menepati janji kecil itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun