Mohon tunggu...
Dicky Saputra
Dicky Saputra Mohon Tunggu... Talks about worklife and business. Visit my other blog: scmguide.com

-

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Dilema Pemimpin Baru yang Terjebak Warisan Ambisi Pemimpin Lama

13 Februari 2025   07:58 Diperbarui: 13 Februari 2025   09:27 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tidak mudah ketika seorang pemimpin baru kalau harus terjebak dalam warisan ambisi pemimpin lama (image by Freepik)

Sebuah Warisan yang Tidak Mudah

Anda baru saja duduk di kursi kepemimpinan sebuah perusahaan yang sebelumnya dikelola oleh seseorang dengan ambisi besar. Pemimpin sebelum Anda adalah sosok visioner, penuh ide-ide besar, dan selalu mendorong perusahaan untuk berkembang lebih jauh. Tapi, ada satu masalah besar yang kini menjadi beban di pundak Anda: ambisi itu tidak datang tanpa konsekuensi.

Banyak proyek besar yang sudah dimulai, tapi ternyata tanpa perhitungan yang matang. Sumber daya perusahaan terkuras, anggaran tersebar ke banyak inisiatif tanpa kepastian keberlanjutan, dan beberapa sektor penting perusahaan malah terabaikan. 

Kini, sebagai pemimpin baru, Anda dihadapkan pada dilema besar. Anda harus memastikan keberlanjutan perusahaan, tapi pada saat yang sama, Anda juga tidak bisa begitu saja membatalkan semua proyek yang sudah berjalan.

Ketika Ambisi Berbenturan dengan Realitas

Sebagai pemimpin, Anda tidak bisa cuma melihat ke depan tanpa memahami situasi saat ini. Anda mungkin menyadari kalau beberapa proyek besar yang diwariskan kepada Anda sebenarnya belum punya dampak nyata bagi perusahaan. Beberapa bahkan lebih seperti proyek mercusuar---terlihat mengesankan dari luar, tapi menghabiskan anggaran tanpa memberikan keuntungan yang sepadan.

Di sisi lain, Anda juga melihat dampaknya pada sektor lain di perusahaan. Departemen operasional mulai kekurangan dana untuk menjalankan tugasnya dengan optimal. Tim pemasaran terpaksa memangkas anggaran promosi, yang akhirnya menghambat pertumbuhan bisnis. 

Divisi pelayanan pelanggan menghadapi tantangan karena sumber daya yang terbatas. Pada akhirnya, keputusan-keputusan sebelumnya sudah mengorbankan keseimbangan perusahaan secara keseluruhan.

Sebagai pemimpin baru, Anda berada dalam posisi yang sulit. Anda tidak ingin menjadi sosok yang cuma memotong anggaran tanpa strategi yang jelas, tapi pada saat yang sama, Anda juga tidak bisa membiarkan perusahaan terus terbebani oleh proyek yang tidak produktif.

Siapa yang Harus Bertanggung Jawab?

Pertanyaan besar pun muncul: siapa yang harus bertanggung jawab atas kondisi ini? Apakah pemimpin sebelumnya yang punya ambisi besar tanpa perhitungan? Apakah tim manajemen yang tidak berani mempertanyakan keputusan-keputusan ambisius tersebut? Ataukah Anda, sebagai pemimpin baru, yang kini harus menanggung akibat dari warisan keputusan masa lalu?

Menyalahkan pemimpin sebelumnya mungkin terasa seperti solusi yang adil, tapi hal itu tidak akan menyelesaikan masalah. Ia sudah pergi, dan kini Andalah yang berada di posisi pengambil keputusan. Begitu juga dengan menyalahkan tim manajemen atau karyawan---mereka cuma menjalankan arahan yang diberikan kepada mereka. Pada akhirnya, tanggung jawab ada di tangan Anda sebagai pemimpin baru untuk mencari solusi dan membawa perusahaan keluar dari situasi ini.

Memotong Anggaran: Solusi atau Masalah Baru?

Dalam situasi seperti ini, banyak pemimpin baru yang memilih jalan pintas: memangkas anggaran secara drastis. Ini mungkin terlihat sebagai solusi cepat untuk menyeimbangkan keuangan perusahaan. Tapi, kalau tidak dilakukan dengan strategi yang matang, pemangkasan anggaran justru bisa menciptakan masalah baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun