Mohon tunggu...
Dicky Saputra
Dicky Saputra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Talks about worklife and business. Visit my other blog: scmguide.com

-

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Saat Seorang Anak Menganiaya Orangtua

25 Juli 2021   10:24 Diperbarui: 25 Juli 2021   10:36 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meskipun mekanisme hubungan tersebut ngga jelas, kemungkinan besar anak-anak yang sudah mengalami pelecehan atau kekerasan secara langsung, atau sering menyaksikan kekerasan dalam keluarga, mereka akan menginternalisasi pola-pola seputar penggunaan kekerasan dan kontrol sebagai cara untuk mengatasi kesulitan.

Penelitian menunjukkan kalau anak-anak akan sering terlibat dalam kekerasan terhadap orang tua lawan jenis mereka, terutama kalau orang tua tersebut menjadi korban orang tua sesama jenis (yaitu, anak laki-laki lebih cenderung menjadi agresif terhadap ibu mereka, kalau ibu mereka menjadi korban kekerasan ayah mereka).

Efek ini lebih kuat pada pria daripada wanita.

Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga yang kental dengan kekerasan, sering kesulitan untuk dekat dengan pengasuh mereka. Dan mereka pun ngga mengembangkan kapasitas untuk menenangkan diri dan mengatur emosi dari awal. Jadi, kemungkinan besar mereka akan berjuang untuk mengelola emosi yang sulit dan bisa bereaksi secara ekspresif melalui kemarahan.

Faktor risiko yang mungkin terlibat dalam bentuk kekerasan ini mencakup penggunaan narkoba dan penyesuaian sosial yang salah, termasuk kesulitan yang mereka hadapi di sekolah dan dengan kelompok sebaya.

Gaya pengasuhan, seperti pola asuh yang terlalu otoriter dan kaku ("Kamu harus melakukan apa yang orang tua katakan"), atau, sebaliknya, pola asuh yang terlalu permisif ("Kamu boleh melakukan apa pun yang kamu inginkan") bisa menjadi penyebab kekerasan oleh anak-anak pada orang tua.

Pengasuhan yang terlalu otoriter bisa menjadi contoh buruk penggunaan disiplin dan kekerasan yang berlebihan, serta menimbulkan penghinaan dan kemarahan pada anak-anak.

Sebaliknya, pengasuhan yang terlalu permisif, bisa berarti kalau perilaku nakal anak-anak ngga diidentifikasi atau ditangani dengan tepat, yang memungkinkan perilaku seperti itu terus mengalir.

Kesulitan-kesulitan terkait kekerasan anak ke orang tua ini termasuk bagaimana mengidentifikasi sebuah perilaku sebagai kekerasan. Dan orang tua biasanya melihat perilaku tersebut sebagai gangguan emosional dan perilaku umum yang mungkin ditunjukkan anak-anak usia remaja.

Dukungan yang orang tua perlukan

Orang tua sering merasa bingung untuk melaporkan dan menangani perilaku semacam itu karena mereka berusaha untuk menjaga hubungan dan mendukung anak mereka sekaligus memastikan keselamatan mereka sendiri. Mereka ngga tahu harus mencari dukungan ke mana.

Saat mengidentifikasi dan menangani kekerasan dari anak ke orang tua, prinsip yang sama berlaku seperti halnya mengelola perilaku sulit lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun