Itu karena orang berkuasa tentunya ngga akan mengharapkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan mereka. Dia punya kekuasaan!
Karena itu, sulit untuk menganggap orang lain sebagai sumber inspirasi yang layak bagi mereka.
Ibaratnya, kondisi itu seperti anak kecil yang ngga disukai siapa pun di tempat bermainnya. Jadi, mereka menjadi sahabat bagi diri mereka sendiri.
Kalau anda merasa berkuasa, andalah orang pertama yang bertindak
Dalam sebuah studi pada tahun 2003 yang dipimpin oleh psikolog Universitas Columbia, Adam Galinsky, menyebutkan kalau orang-orang yang merasa lebih berkuasa daripada rekan-rekan mereka, lebih mungkin untuk mengambil kartu dalam permainan blackjack, memperbaiki kipas angin yang mengganggu di sebuah ruangan, dan mengambil tindakan dalam sebuah dilema sosial.
Sebuah studi tahun 2007 yang ditulis bersama oleh Galinsky, menambahkan juga kalau orang yang berkuasa lebih mungkin untuk bertindak lebih dulu dalam sebuah negosiasi.
Dan yang lebih menarik lagi adalah apa yang ditemukan oleh Jennifer A. Whitson dari University of Texas pada tahun 2012. Dia menemukan penjelasan mengapa orang yang berkuasa cenderung ngga merasakan, dan mengingat, adanya kendala dalam usaha mencapai tujuan mereka.
Ini ibarat seekor burung elang dan buaya yang mempunyai mata berdekatan.
Visi predator terpaku pada objek pengejaran mereka, yaitu mangsanya. Sehingga, kondisi itu meninggalkan sedikit saja ruang visual untuk bahaya ngga terduga atau potensi ancaman di sekitar mereka. Fokus terarah itu memungkinkan mereka untuk beraksi mendapatkan makanan mereka.
Hal yang sama berlaku juga untuk seorang CEO.
Kalau anda merasa kuat, anda merasa jauh dari orang lain
Masih menurut sebuah penelitian.