Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Para Roh Menyapa

23 Juli 2022   23:09 Diperbarui: 23 Juli 2022   23:26 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pantai di Dili TL. Dokpri

Tanti yang tinggal di Kalasan mencatat juga komunikasi dengan bapak dan ibunya yang sudah meninggal. Dalam pengalamannya ketika koma karena leptospirosis.

Leptospirosis disebabkan oleh bakteri Leptospira yang menyebar melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi. Beberapa hewan dapat menjadi perantara penyebaran leptospirosis, misalnya adalah hewan tikus, sapi, anjing dan babi.

Leptospirosis disebarkan melalui air atau tanah yang telah terkontaminasi urine hewan pembawa bakteri Leptospira. Seseorang lalu dapat terserang leptospirosis bila terkena urine hewan tersebut. Atau dapat karena kontak dengan air, atau tanah yang telah terkontaminasi. Di daerah yang sering terjadi banjir perlu mewaspadai potensi ini.

Gejala dapat menyerupai penyakit flu. Namun apabila tidak segera diobati dengan tepat dapat menyebabkan kerusakan organ dalam. Bahkan dapat mengancam nyawa sampai pada kematian. Disamping dengan obat-obatan kimia, beberapa kasus diperlukan sampai mekanisme cuci darah.

Kedekatan dengan ayahnya juga hal yang dialami oleh Tanti. Ayahnya berkali-kali hadir selama koma. Kehadirannya membuat lebih nyaman dan lebih kuat.

"Bapak itu cinta pertama saya. Pribadi yang banyak humor dan riang. Kalau kami bermain kartu, bapak akan membantu saya supaya tidak kalah. Ketika naik kereta ke Cilacap, ke kampung ibu, bapak akan menuruti apa saja yang kuminta. Apa saja. 

Ketika kuliah, saya tidak berani minta uang kuliah, karena saya tahu berapa pensiunnya sebagai tantara. Bahkan ketika akan meminta bea siswa ke kampus, bapak tetap memakai pakaian yang lengkap dan bagus. Tidak mau memakai pakaian sekedarnya supaya bea siswa didapat," Tantri menuturkan kedekatannya dengan ayahnya.

"Nek pancen rejekimu, mengko kowe mesti entuk beasiswa," begitu ayahnya berkeyakinan. Almarhum tetap tampil keren dan wangi. Lengkap dengan minyak rambut dan sepatu yang disemir mengkilap dan bersih. Kalau memang rejekimu, pasti kamu akan dapat beasiswa.

Pengalaman lebih lama, Tanti mengingat ketika ibunya meninggal dulu. Ketika sudah dirukti oleh Amiek dan semua selesai dengan baik, petinya tidak dapat ditutup ketika jenazah akan dibawa pulang dari rumah sakit. Meski semua sudah sudah dilakukan.

"Oh, itu karena waktu akan menutup mereka tidak minta ijin dulu," demikian Amiek memberikan gambaran.

"Bu, ibu kundur ya. Ibu sowan Gusti," begitu lalu komunikasi dilakukan oleh Tanti kepada ibunya. Bu, ibu pulang ya, ibu menghadap Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun