Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Didi Kempot: Kuat Tidak Kuat, Tetap Harus Kuat!

7 Mei 2020   08:26 Diperbarui: 7 Mei 2020   08:28 1371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerita ketiga adalah narasi mistik tentang Perjamuan Kudus. Konon pada saat konsekrasi roti dan anggur untuk mengenang Yesus sebagai puncak dari ekaristi, banyak arwah mendekat dan ingin ikut perjamuan. Untuk menyegarkan jiwa-jiwa mereka yang masih "mengembara" dan "ingin diselamatkan".

Doa dikatakan adalah penghiburan yang luar biasa bagi para arwah. Terutama doa-doa dari para keluarga terdekat semasa hidup. Bisa jadi "hanya sugesti", tetapi bila sudah sementara waktu tidak nyekar ke makam keluarga seperti ada yang harus dilakukan. Seperti pada minggu lalu, langkah kaki terdorong ke sana. Setelah membeli bunga di Pasar Muntilan lalu "nyelakke" ke makam untuk nyekar.

Di sana dimakamkan Simbah Buyut, Simbok (Nenek) dan Mbah Kung, juga Bapak. Juga Paklik dan Bulik serta banyak kerabat. Ada nisan-nisan tanpa nama dan penuh lumut yang perlu juga ditaburi bunga dan doa.

"Hal itu seperti kita mengirim makanan pada mereka yang sedang merasa lapar. Akan sangat menghibur," kata Aiko Gibo.

Setelah banyak hal diusahakan, pada saatnya perjalanan akan berlanjut pada dimensi yang lain. Yang seperti kata Aiko Gibo, "Tidak terikat lagi pada ruang dan waktu."

Itulah harapan yang terus meneguhkan. Bahwa ada harapan dan semua tidak selesai begitu saja.

"Seperti memasuki lorong cahaya yang nyaman dan tidak menyilaukan. Melegakan. Lalu bertemu sosok yang yang sangat melindungi. Saya memahami beliau sebagai Yesus Kristus Juru Selamat," kata seorang yang pernah mati suri.

Memang tidak ada catatan lebih lanjut, tetapi kamatian kiranya bukan akhir dari segalanya. Ada harapan, seperti ditulis: "Hidup tidak diakhiri tetapi diubah."

Pada saat itu yang relevan tinggal hanya amalan kebaikan. Cinta yang telah dibagikan. Para penerima kasih akan mengubah semua menjadi doa yang mengiringi banyak perjalanan dalam masa-masa sulit.

"Istighfar Sak Tekane" kabarnya adalah salah satu lagu Didi Kempot pada saat-saat akhir hidupnya. Berdoa semampunya sambil mengusahakan dan mengerjakan banyak hal. Terutama pada masa sulit seperti ini

Selain itu ada juga lagu kolaborasi dengan Walikota Solo FX Rudy. Dan tentu banyak sekali hal lain yang sudah menjadi "sangu" Didi Kempot.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun