Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Hadir "On-Time" dapat Berakhir Menyedihkan

19 Agustus 2016   21:40 Diperbarui: 20 Agustus 2016   10:40 657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Chrometa.com

Tetapi situasi telah berubah. Jumlah penerbangan yang meningkat drastis dan belum diimbangi dengan pertambahan panjang landasan pacu telah mengakibatkan waktu tempuh tidak seringkas yang terjadi sebelumnya. Keberangkatan yang terlambat (secara jengkel kadang disebut ‘dele’) sangat sering terjadi.

Maka bila hendak menyelenggarakan acara pada pukul sembilan pagi di Yogyakarta dan narasumber berangkat dengan pesawat pukul tujuh pagi dari bandara di Cengkareng kemungkinan terjadinya keterlambatan semakin besar. Baik karena ‘dele’ tadi, ataupun kemacetan perjalanan darat di dalam kota.

Meskipun disediakan menu-rehat yang dapat dinikmati lebih cepat dari jadwal yang seharusnya, menunggu narasumber yang datang terlambat karena tidak bijaksana mengantisipasi kemungkinan molornya waktu perjalanan yang dapat disebabkan oleh semakin banyak hal tetap terasa menyebalkan. Terlebih bila sudah ada pekerjaan lain yang perlu diselesaikan dalam waktu yang sudah diperhitungakan sebelumnya menjadi harus ikut mundur.

Keterlambatan adalah Kebiasaan Masyarakat Agraris?

Tidak jelas dari mana pendapat ini berasal. Konon budaya yang tidak tepat waktu adalah bagian dari kebiasaan masyarakat agraris yang memang memiliki waktu yang ‘terasa’ lebih longgar. Berbeda dengan masyarakat yang bergerak di bidang produksi baik dalam skala industri maupun pelayanan jasa.

Semestinya secara logis pendapat ini sudah dengan sendirinya gugur dan tidak berlaku ketika orang sudah tidak lagi bekerja di bidang agraria baik pertanian maupun perkebunan. Hanya konyolnya, sudah tidak bergerak dalam pekerjaan agraris tetapi ‘menikmati’ ketidak-tepatan dengan argumen (antara lain dan karena) kebiasaan masyarakat agraris.  Sesuatu yang tidak nyambung. Seperti Jaka Sembung naik ojek.

Sepenggal pengalaman bekerja di antara para akademisi yang secara edukasi sangat baik dan secara intelegensia mendapat rahmat (secara cuma-cuma!) bernama kecerdasan, ketepatan waktu tetap merupakan barang langka. 

Barang mahal yang tidak secara mudah dapat diperoleh. Padahal pekerjaan mereka relatif tidak berhubungan dengan pertanian, dan studi mereka juga sebagian dihabiskan di negeri orang yang terkenal cukup baik dalam hal mengelola pemanfaatan waktu.

Komitmen, Mewujudkan Masyarakat yang Ringkas

Sampai saat ini masyarakat yang ringkas dalam mengelola kegiatan tetap masih merupakan harapan. Para cerdik-cendikia yang diharapkan menjadi agen pembaharu dalam keefektifan pengelolaan waktu dan kegiatan di banyak tempat belum terwujud.

Sebagian terlihat cukup bangga karena memiliki banyak kegiatan sehingga datang terlambat bukan hal yang secara khusus perlu dihindari. Sebagian lainnya tidak perlu merasa konyol melakukan kekurang-bijakan dalam mengatur jadwal dan perjalanan, meskipun dengan keahliannya sudah ditempatkan sebagai nara-sumber yang dihormati dan ditunggu banyak  orang untuk memulai acara tepat pada waktunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun