Mohon tunggu...
Diantika IE
Diantika IE Mohon Tunggu... Blogger

Penulis, Blogger, Alumnus Pascasarjana PAI UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menemukan Ketentraman Saat Memasukan Anak ke Pesantren Sunnah

20 Oktober 2025   12:56 Diperbarui: 21 Oktober 2025   07:23 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pndok Pesantren (gamabr: Masjid Maba/Unsplash)

Kedisiplinan pun dibangun melalui tanggung jawab harian. Ada tiga jadwal piket utama: membersihkan kamar, kelas, serta area umum seperti kamar mandi dan masjid. Setiap sore diadakan "operasi semut", terutama menjelang kunjungan orang tua, agar lingkungan pondok selalu bersih dan nyaman.

Keteladanan yang Menumbuhkan Kesadaran

Salah satu hal yang membuat saya terharu adalah cerita anak tentang kebiasaan puasa Senin-Kamis. Ia tidak diperintahkan secara khusus oleh ustaz, melainkan meniru kakak kelasnya yang berpuasa. Dari situ, saya belajar bahwa kebiasaan baik tidak selalu perlu instruksi keras. Cukup dengan keteladanan, anak-anak bisa menumbuhkan kesadaran sendiri tentang amal saleh.

Parenting Bulanan dan Keterbukaan Pihak Pondok

Setelah masa karantina tiga bulan untuk santri baru, orang tua diperbolehkan mengikuti program parenting bulanan. Dalam kegiatan ini, kami tidak hanya bertemu anak, tetapi juga mendapatkan kajian ilmu seputar pendidikan anak berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah.

Pimpinan pondok langsung memberikan tausiyah, menyadarkan pentingnya sinergi antara pendidikan di pondok dan di rumah. Anak-anak diajari ilmu agama dengan disiplin dan kasih sayang, sementara orang tuanya pun diingatkan untuk terus mempertebal iman dan takwa agar proses pendidikan berjalan seirama.

Sesi tanya jawab juga dibuka bagi orang tua yang ingin memberi masukan. Keterbukaan semacam ini, menurut saya, sangat penting untuk meminimalisir kesalahpahaman dan potensi penyimpangan. Orang tua tahu betul bagaimana sistem pondok berjalan, dan pengelola pondok pun tidak menutup diri terhadap kritik yang membangun.

Aturan yang Menenangkan, Bukan Menekan

Pondok juga memiliki sistem perizinan yang jelas. Setiap santri memiliki kartu izin keluar yang hanya digunakan untuk keperluan mendesak, seperti pengobatan jalan. Santri makan tiga kali sehari dengan menu bergizi, mencuci pakaian dengan mesin cuci sesuai jadwal, serta memiliki waktu tidur siang dan waktu bermain sore hari yang teratur.

Selepas salat Asar, anak-anak bebas bermain bola, layangan, atau aktivitas lain hingga menjelang Magrib. Setelah Magrib hingga Isya diisi dengan kajian dan hafalan, lalu malam hari mereka belajar mandiri di bawah pengawasan wali kelas. Semua berjalan teratur tanpa tekanan, dengan suasana disiplin yang menenangkan.

Lingkungan yang Menjaga Adab dan Kesucian

Hal yang membuat saya benar-benar tenang adalah sistem pemisahan antara santri ikhwan dan akhwat yang dijaga ketat. Tidak ada interaksi antara laki-laki dan perempuan. Pengajar tidak lintas gender. Hal ini bukan sekadar aturan, tetapi bentuk penjagaan terhadap adab dan kehormatan sebagaimana diajarkan Rasulullah Saw..

Tertib, Bersih, dan Penuh Barokah

Segala aturan di pondok bukan untuk mengekang, melainkan untuk menumbuhkan kebiasaan hidup tertib dan penuh keberkahan. Anak-anak diajari untuk bangun pagi, menjaga kebersihan, mandi dan menggosok gigi sesuai sunnah, dan menghargai waktu. Hasilnya, dalam empat bulan saja, santri baru sudah mampu beradaptasi tanpa merasa dipaksa.

Melihat semua ini, saya semakin yakin bahwa di tengah maraknya berita kelam tentang dunia pesantren, masih banyak pondok yang bersinar terang karena keikhlasan dan komitmen mereka terhadap sunnah.

Sebagai orang tua, saya merasa tenang menitipkan anak di tempat seperti ini---tempat yang tidak hanya mengajarkan ilmu, tetapi juga menumbuhkan iman, adab, dan cinta kepada Allah serta Rasul-Nya.

Menjadi Orang Tua yang Cerdas Memilih Pesantren

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun