Banyak orang yang mungkin ragu untuk memilih pindah karir di usia yang sudah menginjak 30-an. Entah itu benar-benar mencoba alih profesi atau mungkin keluar dari tempat kerjanya dan memulai lagi di perusahaan lain sebagai karyawan baru.
Takut? Pasti rasa itu selalu ada. Apalagi ketika ramai perusahaan yang memberlakukan batasan usia pelamar kerja. Beberapa orang bahkan merasa khawatir jika keluar dari pekerjaan sebelumnya tidak akan mendapatkan pekerjaan baru karena sudah kepentok umur.
"Bagaimana kalau nanti malah nganggur?" Padahal banyak juga perusahaan yang lebih melihat kompetensi daripada batasan usia.
Namun apabila memang ada kendala dan hal yang membuatmu tidak nyaman di tempat kerja yang sekarang, mungkin pengalaman yang akan saya ceritakan ini bisa menjadi gambaran bahwa pindah karir di usia yang sudah tidak lagi muda bukanlah hal yang akan membuat hidup kita berakhir. Percayalah, semua akan baik-baik saja.
"Pilihlah pekerjaan yang Anda cintai, dan Anda tidak akan pernah harus bekerja sehari pun dalam hidup Anda" -Konfusius
Kreatif di Tempat yang Salah
Pernah gak, ide dan inisiatif mu tidak didengarkan? Padahal kamu sangat yakin bahwa itu bersifat solutif? Kamu sudah mempertimbangkan dengan matang dan sangat ingin mencoba melakukannya. Namun nyatanya semua orang menantang dan malah menganggap bahwa solusi itu akan menjadi beban bagi mereka (rekan kerja).
Saya pernah merasakannya. Usia saya waktu itu kisaran 27 tahun. Saya bekerja di sebuah lembaga pendidikan swasta yang memiliki program unggulan luar biasa. Sebagai guru yang memiliki naluri mendidik saya merasa bertanggung jawab untuk membantu mewujudkan program unggulan yang ada di sekolah.
Sebut saja program unggulannya keagamaan. Berbagai pelajaran seperti tahfiz, bahasa arab, aqidah akhlak, dan fikih menjadi mata pelajaran tambahan padahal sekolahnya bukan madrasah. Sebagai guru pengampu bidang keagamaan, saya memberikan arahan kepada para siswa untuk semakin memperbaiki diri. Siswa putri diarahkan untuk memperbaiki cara berpakaian, yang berjilbab diminta untuk menggunakan dalaman kerudung, karena waktu itu sedang ngetren jipon alis jilbab poni. Lalu meminta mereka menggunakan kaus kaki yang menutup betis agar kaki mereka tidak langsung terlihat kalau roknya tersingkap. Anak-anak nurut, sekolah mulai bertambah kondusif.Â
Akan tetapi bagi sebagian yang belum siap, itu menjadi ancaman ketidaknyamanan termasuk dari kalangan guru yang belum siap menyesuaikan pakaiannya. Ujungnya, saya diberhentikan sepihak oleh kepala sekolah karena dinilai menjadi pemicu kegaduhan.
Meninggalkan slip gaji yang lumayan dan tunjangan sertifikasi, saya pun memutuskan pindah profesi. Bekerja di konsultan media, menjadi penulis naskah, ghost writer dan melayani permintaan penulisan buku. Mengapa tidak pindah ke sekolah lain? Waktu itu jujur saya merasa kecewa dan ingin mengambil jeda untuk lepas dari dunia pendidikan.
Beruntung saya memiliki kemampuan dan hobi menulis yang saya asah sejak kecil, sehingga saya sangat bersyukur bahwa Allah masih memberikan rejeki. Bahkan fee yang saya dapatkan adalah per order, bukan per bulan. Tentu saja itu jauh lebih besar dari yang saya dapatkan di lembaga. Selain itu bisa menentukan mengambil projek atau tidak. Pekerjaan bisa diatur sendiri tanpa tekanan.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!