Sambil menunggu tamu yang daftar, saya iseng browsing. Kalimat kakak kelas pun memotivasi, sebaiknya cari tahu dulu sebelum terlambat. Dan saat saya menemukan kenyataan, mata saya pun terbelalak. Ternyata lembaga yang saya masukan lamaran, didirikan dan disokong langsung oleh seorang tokoh dari sebuah paham yang sangat jauh dari agama islam bahkan dinyatakan sebagai ajaran sesat.
Rumornya banyak beredar, tetapi tetap dibiarkan bebas bahkan lantang tetap mendirikan lembaga pendidikan berkedok pendidikan Islam.
Langsung saja saya kirim pesan kepada kepala sekolah, bahwa dengan berat hati saya mengundurkan diri. Ia pun menyayangkan keputusan saya.
Dari paksaan bibi agar saya bertugas, itu adalah sebuah penyelamatan yang sangat berarti bagi saya.
Setiap saya ingat kejadian itu, saya bergidik dan merasa sangat bersyukur karena telah dijejali tugas oleh bibi. Ternyata kerja bareng saudara telah memberikan pelajaran tersendiri meskipun harus mengubur mimpi sejenak demi rasa hormat dan terima kasih atas kebaikan mereka selama ini.Â
Bersyukur, akhirnya kini saya bisa menjalani profesi yang sesuai dengan passion tanpa harus serba salah karena memiliki atasan yang ada ikatan saudara. Bibi akhirnya mengizinkan saya mengambil jalan sendiri.Â
Ilmu dan pengalaman yang saya dapatkan selama bekerja dengan bibi menjadi bekal terbaik untuk kehidupan saya selanjutnya.
Terima kasih untuk bibi dan (alm) paman tercinta atas semua kebaikannya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI