Mohon tunggu...
Diantika IE
Diantika IE Mohon Tunggu... Blogger

Penulis, Blogger, Alumnus Pascasarjana PAI UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Susah Payah Nabung agar Tidak Berutang, Uang Malah Dipinjam Orang

16 Juli 2025   11:46 Diperbarui: 16 Juli 2025   16:04 13714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya suguhi dia makanan. Sambil basa-basi ia mencoba makanan yang saya suguhkan pembahasan sudah mulai menjurus. Ia mengatakan bahwa ia sedang menunggu transferan dari keluarganya yang jauh di sana. Makanya mampir ke rumah karena sambil nunggu kabar. Biar tidak bolak-balik ke ATM.

Ia juga bercerita, bahwa ia sedang dikejar tagihan yang harus segera dibayar. Wajahnya tampak begitu gelisah. Matanya mengamati seluruh ruangan tempat kami berbincang membuat saya sebagai tuan rumah merasa tidak nyaman.

Akhirnya sampai pada akhirnya, "barangkali Mbak lagi ada, saya pinjam dulu," katanya setelah memaparkan betapa ia sedang menunggu transferan yang dijanjikan.

Lama menunggu kalimat semacam itu, saya langsung menjelaskan bahwa saya tidak memiliki uang cadangan untuk diutangkan. Untuk biaya hidup ke depan sampai mendapatkan lagi pemasukan pun belum tentu cukup karena baru saja memasukan anak ke pondok pesantren.

"Ya, tahu sendiri kan, Mbak. Kalau nyekolahin anak itu gimana? Apalagi masuk pondok pesantren. Kayak mau pindahan rumah, segala dibawa, banyak perlengkapan yang harus dibawa juga, belum lagi uang pegangan suami juga katanya sudah habis," jawab saya.

Setelah mendapatkan jawaban itu, ia langsung pamit dengan dalih mau jemput anak di sekolah, padahal itu sudah terlampau sore, saya yakin anaknya sudah pulang dari tadi.

Jadi, silaturahminya sebelah mana? Kalau silaturahminya tulus, harusnya setelah itu ia tidak buru-buru pulang, dan bertahan sejenak. Ya, setidaknya sambil (pura-pura) nunggu kabar transferan lah.

Sebelum pulang ia berpesan, bahwa saya tidak boleh memberi tahu pada siapapun. Pesan yang sama ketika ia meminjam pada suami. Walaupun akhirnya saya tulis di sini. He he.

Seperginya dia, saya mengabari suami yang masih di tempat kerja. Lalu suami meminta saya untuk nanya ke saurada yang lain tentang tabiatnya dalam urusan uang. Karena sering ada selentingan beberapa kerabat dipinjami juga. Akhirnya saya bertanya pada saudara yang rumahnya nyaris berhadapan.

"Ih, hati-hati ah. Suka susah dibalikin. Bukan kita gak mau bantu ya, tapi kan lihat dulu kebutuhan apa bukan?" katanya.

Gaya hidup memang sangat mempengaruhi keuangan. Dari cerita saudara yang saya temui, orang tersebut kerap memiliki gaya hidup yang ingin setara dengan orang-orang kaya. Maka dari itu gak heran jika ia sudah mulai bosan membantu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun