Mohon tunggu...
Diantika IE
Diantika IE Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penulis, Blogger, Guru, Alumnus Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Menulis di Blog Pribadi https://ruangpena.id/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Senjata Paling Berharga dalam Perjuangan Kekinian

17 Agustus 2021   12:03 Diperbarui: 17 Agustus 2021   12:16 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini Indonesia memperingati hari kemerdekaannya yang ke-76. Meskipun demikian di luar sana nyatanya begitu banyak orang yang malah merasa harus berjuang lebih keras dewasa ini. 

Banyak yang masih berkeluh kesah (termasuk saya yang menulis artikel ini dan mungkin Anda yang sedang membacanya) bahwa sebenarnya negara ini belum sepenuhnya merdeka. Banyak aksi-aksi yang dilakukan sebagai protes dan kritik yang ditujukan kepada pemerintah tentunya.

Aksi protes dan kritik itu disampaikan tentunya bukan tanpa sebab. Warga negara Indonesia sudah mulai lelah dengan himpitan pandemi dan segala kebijakannya. Namun tentunya tidak lantas serta merta boleh langsung menyalahkan pemerintah begitu saja. 

Mau gak mau kita harus berusaha sabar dan tentunya sadar, bahwa para pemangku kebijakan pun pasti memiliki alasan terbaik dan menimbang segala sesuatunya sebelum mengetuk palu dan menetapkan sebuah keputusan. 

Meskipun kadang alasan kebijakan itu tidak kita sepakati. Saya sih menganggap bahwa semua itu memang belum sampai di otak saya yang level kecerdasannya dalam taraf biasa saja. Saya selalu berusaha untuk meyakinkan diri bahwa para pemangku kebijakan tentunya telah melakukan yang terbaik untuk Indonesia.

Terlepas dari itu semua, nyatanya kita masih harus benar-benar harus berjuang di masa kemerdekaan yang sudah 76 tahun ini. Himpitan ekonomi, kebutuhan yang semakin mendesak, sampai kepada tekanan-tekanan dan intimidasi dari orang lain. 

Entah itu atasan, rekan kerja, maupun pasangan dan teman sendiri. Tekanan-tekanan itu tentunya memerlukan tenaga ekstra untuk menghalaunya agar kita meraih kemerdekaan.

Karena konteks kemerdekaan kekinian bukan lagi hanya soal penjajahan dan pendudukan bangsa asing di negara kita. Melainkan penjajahan mental. Dengan mental yang terjajah maka semua orang tidak akan pernah merasakan kebebasan dan kemerdekaan yang hakiki.

Seberapa tinggi pun kedudukan, seberapa banyak pun harta yang dimiliki, seberapa populernya seseorang jika mentalnya masih mendapatkan tekanan, maka ia sama sekali tidak akan pernah memiliki kemerdekaan. Depresi, stress, putus asa dan akibat lain yang mungkin lebih buruk dari itu bisa saja terjadi.

Saya merasa harus berdecak kagum dan mengacungkan banyak jempol bagi para petinggi negara yang memiliki mental baja di tengah masa kemerdekaan yang masih harus terus berjuang ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun