Mohon tunggu...
Diantika IE
Diantika IE Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penulis, Blogger, Guru, Alumnus Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Menulis di Blog Pribadi https://ruangpena.id/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

5 Alasan Mengapa Pria Harus Serba Tahu

27 April 2021   13:56 Diperbarui: 27 April 2021   14:15 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang teman mengeluhkan pasangannya yang tidak bisa berinteraksi dengan baik ketika masuk ke sebuah kantor untuk menyelesaikan administrasi tertentu.

"Aku tidak menyangka, pasanganku sangat kampungan. Bahkan nyaris tidak beretika. Dia bicara dengan suara keras. Bertanya, mendebat, bahkan mengeluhkan beberapa aturan birokrasi yang berlaku sampai petugas hari itu terlihat kepayahan dan berusaha untuk tetap tersenyum ramah." keluhnya. Saat itu mereka sedang mengurus data kependudukan.

"Bayangkan, kala itu, ingin rasanya aku meralat perkataan suamiku, atau jika bisa, ingin rasanya aku saja yang bicara bertanya ini itu, semua hal yang kami butuhkan. Namun apa boleh buat, suami adalah pemimpin, aku tidak boleh terlalu banyak bicara saat itu. Aku hanya bisa diam dengan muka merah padam, merasa malu atas perlakuan suamiku kepada petugas di sana," tambahnya lagi.

Di lain hari, ketika saya sedang bepergian, ada seorang perempuan menangis terisak di dalam angkutan umum. Temannya terus berusaha menenangkan. Namun kemudian perempuan yang menangis itu menceritakan kekesalannya kepada temannya. Tanpa sengaja saya pun menyimak dengan seksama.

"Aku diceraikan. Tadi malam ia mengucapkan kata itu," sambil terisak. "Berapa jam kemudian ia meminta maaf padaku, tapi aku malah sedih."

Teman di sebelahnya sangat antusias menanggapi hal itu.

"Ya bagus lah ia minta maaf, akhirnya sadar," ujar temannya.

"Tidak, aku tetap benci. Karena ia telah mengucapkannya lebih dari tiga kali. Dalam agamaku tiga kali ucap cerai, itu sudah jatuh talaq."

Saya menelan ludah. Mengapa sampai sebegitunya. Apakah pria yang menikahi perempuan yang ada di hadapan saya itu benar-benar tidak tahu dengan konsekwensi ucapannya?

Lantas, pikiran saya menerawang kepada kejadian-kejadian lain yang saya temui. Satu keluarga terkena penipuan akibat kelalaian sang suami. Dengan mudah sang penipu menguras hartanya, padahal modusnya sudah sangat pupuler dan selaiknya bisa dihindari.

Seseorang menelepon dan mengatakan bahwa nama yang bersangkutan mendapatkan hadiah undian, kemudian mengajukan persyaratan dengan mentrasnfer sejumlah uang ke rekening pelaku. Niat nyari untung malahan bungtung. Setelah satu kali transfer puluhan juta tabungan ikut tersedot tanpa jejak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun