Mohon tunggu...
Dian RestuningTyas
Dian RestuningTyas Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa - Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Mahasiswa aktif Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Dampak Negatif Penggunaan Chat GPT dalam Dunia Pendidikan: Perspektif Etika Akademik

7 Januari 2024   13:30 Diperbarui: 7 Januari 2024   14:20 699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi pada abad ke-21 saat ini telah memberikan dampak yang signifikan pada dunia pendidikan. Salah satu teknologi yang saat ini sedang populer di kalangan mahasiswa adalah ChatGPT. ChatGPT adalah teknologi mesin berbasis kecerdasan buatan (Artificial Inteligence) yang dilatih untuk bisa meniru percakapan manusia melalui teknologi pemrosesan bahasa alami (Setiawan & Luthfiyani, 2023). ChatGPT dikembangkan oleh OpenAI sebuah organisasi di Amerika Serikat yang bergerak dibidang teknologi berbasis Artificial Inteligence.

Beberapa orang yang terkenal di dunia, antara lain Elon Musk, SamSam Altman, Greg Brockman, Ilya Sutskever, Wojciech Zaremba dan masih banyak lagi, ikut berpartisipasi secara aktif dalam proses pengembangan OpenAI, yang salah satu hasilnya adalah ChatGPT (Wibowo et al., 2023). Pada proses pengembangannya, ChatGPT memiliki beberapa fitur unggulan seperti dapat menanggapi dan menjawab berbagai jenis pertanyaan, perintah, atau teks lainnya dengan cepat dan tepat, hal tersebut dapat terwujud karena ChatGPT dapat menyesuaikan gaya bahasa, suara, dan situasi sesuai dengan masukan atau keingginan dari pengguna (Hesanty, 2023). Selain itu, ChatGPT mempunyai fitur unggulan yaitu mampu menghasilkan sebuah teks yang kreatif, informatif, dan sesuai dengan situasi berdasarkan apa yang diinginkan atau dimasukan oleh pengguna (Hesanty, 2023).

Dalam dunia pendidikan penggunaan ChatGPT ini dapat membantu mahasiswa dalam menyelesaikan tugas-tugas yang berkaitan dengan penulisan essay dan penulisan karya ilmiah dengan cepat. Namun, penggunaan ChatGpt yang berlebihan tanpa memperhatikan kembali bahwa teknologi ini perananya adalah sebagai alat bantu, tentunya dapat melanggar etika akademik.

Etika akademik adalah standar perilaku yang didasari pada nilai-nilai sosial dan budaya yang disetujui oleh komunitas pendidikan (Ramadhani et al., 2023). Jadi, standar ini merupakan sebuah pedoman yang harus diikuti dan dipatuhi oleh sivitas akademik, mulai dari mahasiswa, dosen, dan semua stakeholder di lingkungan kampus. Salah satu bentuk dari pelanggaran etika akademik adalah plagiarisme.

Plagiarisme adalah sebuah tindakan seseorang mengambil dan manampilkan gagasan atau ucapan orang lain seolah-olah itu milik kita sendiri, tanpa memberi tahu dari mana kita mendapatkannya (Sastroasmoro, 2007). Tindakan ini adalah salah satu bentuk dari perilaku yang tidak jujur dan tidak pantas untuk di contoh. Karena, tindakan plagiarisme ini tidak hanya akan merugikan hak cipta penulis asli, tetapi juga akan berdampak negatif pada perkembangan diri mahasiswa kedepannya.

Dalam sebuah jurnal ilmiah, Muhammad Jafar Maulana, Cecep Darmawan, dan Rahmat menulis bahwa banyak mahasiswa yang menggunakan ChatGPT OpenAI untuk membuat tugas seperti tugas makalah, dan karya ilmiah, tetapi mereka juga tidak peduli dengan etika akademik. Jurnal ini menyatakan bahwa sekitar 70% dari mahasiswa yang menggunakan ChatGPT OpenAI tidak memberikan sebuah rujukan sumber dalam tulisan mereka, dan sekitar 60% dari mahasiswa yang menggunakan ChatGPT OpenAI tidak mengubah atau menyesuaikan kalimat yang dihasilkan oleh ChatGPT OpenAI (Maulana et al., 2023).

Tindakan plagiarisme ini apabila terus dilakukan oleh mahasiwa tentunya akan berdampak buruk kedepannya. Mahasiswa akan kehilangan kesempatan untuk berpikir secara kritis (critical thinking) dan kreatif, serta mereka akan kesulitan dalam mengembangkan keterampilan bahasa dan komunikasi. Dalam jurnal ilmiah, Aiman Faiz dan Imas Kurniawaty menulis bahwa para pendidik atau dosen harus mengajarkan moralitas kepada para peserta didiknya melalui kebiasaan dan membentuk budaya akademik yang sesuai dengan nilai dan norma etik dan moral akademisi. Jurnal ini juga menyebutkan bahwa sekitar 80% dari mahasiswa yang menggunakan ChatGPT OpenAI merasa mudah dalam mengerjakan tugas-tugas mereka, tetapi sekitar 50% dari mahasiswa yang menggunakan ChatGPT OpenAI juga merasakan bahwa mereka kurang kreatif dan kritis dalam berpikir (Faiz & Kurniawaty, 2023).

Masalah lain yang ditimbulkan dari penggunaan ChatGPT adalah ketergantungan. Ketergantungan merujuk pada kondisi di mana seseorang merasa tidak dapat hidup tanpa bantuan atau pengaruh dari sesuatu atau seseorang. Ketergantungan pada ChatGPT bisa menurunkan kemampuan mahasiswa dalam berpikir kritis, menganalisis, dan menyelesaikan masalah secara mandiri (Hamdan, 2023). Hal ini tentunya dapat menghambat proses pembelajaran yang mendalam, yang membutuhkan keterlibatan aktif, refleksi, dan evaluasi dari mahasiswa.

Ketergantungan pada ChatGPT juga dapat menurunkan keterampilan bahasa dan komunikasi dari mahasiswa, karena kurangnya interaksi dengan sesama manusia. Kita perlu melihat kembali bahwa manusia adalah makhluk sosial yang artinya adalah makhluk yang tidak bisa hidup tanpa bantuan dari manusia lain, sehingga interaksi sosial memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Proses interaksi sosial yang sehat dan beragam adalah salah satu komponen yang penting dalam pengalaman pendidikan yang efektif, karena hal ini dapat membantu mahasiswa untuk belajar dari prespektif yang berbeda, mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan mulai membangun jaringan profesional. Tanpa adanya interaksi sosial ini, mahasiswa akan menghadapi hal yang berat seperti isolasi dari lingkungan sosial, kesepian, dan depresi.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Saraswati et al., penggunaan ChatGPT memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kemalasan mahasiswa ITS dalam mengerjakan tugas (Saraswati et al., 2023). Penelitian ini menggunakan metode keusioner untuk menyimpulkan data secara kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara pengguna ChatGPT dengan tingkat kemalasan berpikir mahasiswa. Maka dapat ditarik sebuah kesimpulan yaitu semakin banyak mahasiswa yang menggunakan ChatGPT, maka akan semakin mempengaruhi kebiasaan malas berpikir seorang mahasiswa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun