Mohon tunggu...
Diannita Harahap
Diannita Harahap Mohon Tunggu... Dosen - Microbiologist

Kepeminatan Biologi. Orang Batak yang lahir di Jayapura Papua dan digariskan takdir mengabdi di Aceh. Selamat datang di blog saya ya.. rumah sederhana, enjoy everyone.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Menurunkan Angka Karhutla dengan Mengelola Lahan Tanpa Bakar

4 Mei 2023   11:38 Diperbarui: 6 Mei 2023   00:06 813
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tim satgas karhutla memadamkan titik api karhutla. Sumber: Dok. BPBD Pelalawan

Tanggal 4 Mei diperingati sebagai Hari Pemadam Kebakaran Sedunia. Banyak diantara kasus kebakaran yang terjadi saat ini yaitu kebakaran hutan dan lahan.

Memasuki musim kemarau angka kebakaran hutan dan lahan cenderung meningkat. Seperti yang diungkap Komandan Regu Tim Reaksi Cepat (TRC) Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) yang dilansir dari kompas.com pada 16/2/2023.

Sebuah artikel pada tempo.co 16/6/2019 yang bertajuk "Tiga Tahun Terakhir, Ada  283 kasus Kebakaran Hutan di Aceh". Data tersebut terus meningkat dengan tambahan peristiwa di tahun-tahun berikutnya. Dari berbagai sumber di kanal berita yang melaporkan karhutla di berbagai kabupaten seperti Aceh Jaya, Aceh Besar, Aceh Selatan, Aceh Tengah, Bener Meriah dan sebagainya sepanjang kurun waktu 2020 hingga 2022.

Karhutla terjadi karena dua sebab secara umum yakni secara alamiah dan campur tangan manusia. Secara alamiah hutan dan lahan terbakar dapat dipicu oleh gesekan antar ranting pohon yang mengandung minyak diperparah dengan adanya angin. Selain itu terdapat beberapa sebab lain diantaranya petir yang menyambar pohon atau bangunan dan letusan gunung berapi yang menyumbangkan lava pijar panas dan mencetus kebakaran.

Karhutla juga dapat disebabkan oleh pembakaran lahan dengan sengaja untuk membuka areal hutan bagi kepentingan manusia. Musabab lainnya yaitu percikan api puntung rokok yang dibuang di areal hutan. Di samping itu percikan listrik dan sumber api lainnya juga memungkinkan membakar lahan kering.

Dampak pembakaran hutan dan lahan dapat dirasakan masyarakat luas. Baik timbulnya masalah kesehatan seperti infeksi saluran pernapasan maupun ketimpangan ekonomi dan sosial. Lebih dari itu dampak ekologis merambah semua komponen ekosistem dari berbagai tingkatan trofik rantai makanan.

Masyarakat sekitar hutan harus terlibat menjaga hutan dan lahan secara proaktif. Berikut disajikan beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi masalah pembukaan lahan dengan membakar hutan dan lahan.

Ilustrasi kebakaran hutan. Sumber : freepik.com/wirestock
Ilustrasi kebakaran hutan. Sumber : freepik.com/wirestock

Pertama, alternatif yang ditawarkan dalam pembukaan lahan yaitu perusahaan memberikan lahan kepada kelompok tani untuk diolah tanpa membakar hutan. Seperti yang dikatakan Head Social & Security PT Arara Abadi, Deny Wijaya. Contohnya Kelompok Tani Mutiara Indah didampingi dan dibina untuk mengembangkan lahan. Usaha pertanian Padi, Jagung, Sorgum serta diselingi dengan budidaya Ikan Bawal dan Nila di kolam. Upaya ini mencegah terjadinya pembukaan lahan dengan membakar.

Kedua, untuk dapat meminimalisir aksi bakar hutan yaitu dengan memberikan pengetahuan mengenai pengolahan biomassa menjadi kompos atau cuka kayu. Penulis pernah menulis artikel mengenai cuka kayu yang dapat disimak di sini.

Keterampilan sederhana yang menarik dan menghasilkan pundi-pundi uang akan menggerakkan masyarakat utuk bergerak swadaya menghindari pembukaan lahan dengan membakar hutan. Seperti yang dilakukan oleh Manggala Agni Daerah Operasi Muara Bulian Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi. Pelatihan Pembukaan Lahan Tanpa Bakar di Aula Desa Terentang Baru Kecamatan Batin XXIV Kabupaten Batanghari pada Kamis 11/07/2019 dilansir dari ditjenppi.menlkh.go.id.

Pelatihan juga memberikan pemahaman tentang dampak, bahaya dan kerugian jika terjadi kebakaran hutan dan lahan bagi mayarakat. Pelatihan disusun dengan konsep pengolahan lahan secara berkelanjutan. Sehingga memberikan manfaat secara ekologi, ekonomi dan sosial.

Ketiga dapat mengolah biomassa dengan rekayasa bioteknologi dengan menjadikan biochar yang berfungsi sebagai agen perbaikan tanah yang terdegradasi. Briket/arang aktif sebagai bahan bakar alternatif dari pengolahan biomassa di hutan.

Sinergisitas pengelolaan hutan dan lahan terpadu haruslah melibatkan kerjasama berbagai lini. Tidak masyarakat sendiri maupun perusahaan sendiri. Juga pemerintah dituntut bijaksana untuk mendampingi kepedulian masyarakat dalam mengawasi kebermanfaatan hutan dan lahan.

Referensi

satu, dua, tiga,  dan empat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun