Mohon tunggu...
Diannisa Latifah
Diannisa Latifah Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Selanjutnya

Tutup

Book

Analisis Gaya dan Estetika Sastra dalam Novel The Traveling Cat Chroncicle karya Karya Hiro Arikawa

15 Oktober 2025   14:20 Diperbarui: 15 Oktober 2025   19:08 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : dokumen pribadi

Kalimat-kalimat yang digukanan pendek, ritmis, dan berintonasi lembut menunjukkan gaya khas sastra Jepang yang menekankan keselarasan dan keheningan. Dalam versi terjemahan bahasa Indonesia, gaya ini tetap terjaga melalui pilihan kata yang tepat, mengalir namun masih menampilkan atmosfer kesantunan dan keseimbangan emosional yang menjadi ciri karya aslinya. Gaya semacam ini memperlihatkan kemampuan penulis Arikawa dalam menghadirkan suasana batin yang reflektif tanpa harus menggunakan bahasa yang kompleks.

Etika Hubungan Manusia dan Hewan.
Secara etis, novel ini menampilkan hubungan manusia dan hewan bukan sekadar sebagai bentuk kepemilikan, melainkan pertemanan yang sejajar. Arikawa menolak pandangan antroposentris dengan menghadirkan Nana sebagai subjek yang berpikir, merasakan, dan memiliki sudut pandang moral. Dalam perjalanan mereka, muncul nilai tanggung jawab, pengorbanan, dan penghargaan terhadap kehidupan makhluk lain. Etika yang tersirat ini memperluas pengertian kasih sayang dari sekadar naluri ke arah empati yang sadar dan rasional. Dalam novel ini konflik yang dihadirkan tidak terlalu besar namun melalui ketulusan dan kesadaran akan makna hidup.

Estetika Alam dan Simbolisme Kehidupan.

Latar perjalanan yang melintasi berbagai lanskap Jepang memperkuat dimensi estetika novel ini. Penulis Arikawa menghadirkan deskripsi alam yang tenang dan detail sebagai simbol dari siklus kehidupan. Alam bukan hanya menjadi latar, melainkan juga menjadi refleksi batin para karakter tokohnya. 

Karakter tokoh - tokohnya meliputi Miyawaki Satoru, Hatchi (kucing pertama Satoru), Nana (kucing keduanya yang dirawat Satoru), Sawada Kousuke, Yoshimine Daigo, Chatoran (kucingnya Yoshimine), Sugi Shuusuke dan istrinya Chikako, Momo (kucingnya Chikako), Toramaru (anjinganya Sugi), dan Kashima Noriko. Dalam hal ini, estetika muncul dari keharmonisan antara manusia dan lingkungannya, menunjukkan pandangan hidup yang ekologis dan spiritual.

Estetika Sosial dan Kematangan Emosional.

Dalam estetika sosial novel ini menampilkan keindahan yang bersumber dari kesederhanaan hidup .Estetika sosial yang tampak dihadirkan melalui penggambaran hubungan antarmanusia yang penuh rasa hormat, saling pengertian, dan empati. Setiap tokoh yang ditemui Satoru dan Nana dalam perjalanan merepresentasikan lapisan masyarakat Jepang yang beragam, namun diikat oleh nilai kebersamaan dan kepedulian. 

Di sisi lain, kematangan emosional menjadi unsur penting yang membentuk keindahan batin dalam cerita. Satoru digambarkan mampu menghadapi kenyataan hidup,yang dimulai dari kehilangan kedua orang tuanya di waktu ia masih belia higga ia mengalami kehilangan dan perpisahan kucing peliharaanya yang pertama yaitu Hatchi, dengan semua kejadian itu Satoru mampu mampu bersikap tenang dan mampu menjalani hidup dengan penuh syukur.

    Kesimpulan dari novel ini penulis Arikawa, tidak hanya menawarkan keindahan bentuk dan bahasa, tetapi juga menghadirkan dimensi estetika sosial yang menyoroti pentingnya solidaritas dan kasih sayang antarmanusia. Sementara itu, melalui gaya yang tenang dan reflektif, penulis Arikawa berhasil mengubah kisah sederhana tentang perjalanan seekor kucing menjadi karya sastra yang memuat pesan universal tentang cinta, kesetiaan, dan makna hidup yang sejati.

Kalau dia jadi anak yang tidak membuat repot, setidaknya suasana hati orangtua dan suasana di rumah juga tidak akan menjadi buruk. ~Satoru (halaman 135)

Kenangan itu adalah sesuatu yang tidak akan bisa kudapatkan jika tidak bertemu dengan Satoru. Bahkan, jika Satoru meninggal terlebih dahulu daripada aku sekalipun, aku pasti akan tetap jauh lebih bahagia bila bertemu dengannya. ~Nana (halaman 319)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun