Oleh karena itu aku sudah yakin polisi itu tidak akan menembak aku, mungkin maksudnya hanya untuk menakut-nakuti aku dengan meletakkan pistolnya di atas meja sambil sesekali memegang dan membersihkan pistol tersebut, sambil tetap berbicara menasehatiku yang kadang disertai ancaman akan dikurung di pos polisi tersebut.Â
Selesai di interogasi yang lebih banyak berisi nasehat oleh pak polisi, kami lalu pulang ke asrama. Aku tidak tahu apa yang diceritakan uda Helmi kepada ibu pimpinan panti tentang keberhasilannya menggiring aku ke kantor polisi, yang jelas dari jauh mereka begitu serius mendengarnya, sementara aku masa bodoh saja duduk di aula, sambil sesekali melirik ke tempat mereka ngobrol. Tapi yang pasti, besoknya pulang sekolah aku sudah bermain di pasar lagi! Dasar anak badung, hehehe...