Paragede atau Pergedel yang terbuat dari jagung muda, mendapat tempat khusus bagi penduduk Padang Panjang Sekitarnya.
Bagi mereka yang suka berkendaraan atau naik bus yang melewati kota ini, bila berhenti di suatu tempat sering di datangi oleh para penjual pergedel ini. Pergedel jagung atau yang orang Minang menyebutnya paragede jaguang yang di tawarkan selalu dalam keadaan panas atau hangat. Ini sesuai dengan suhu udara kota Padang Panjang khususnya Lembah Anai yang dingin, karena persis berada diantara dua gunung, Merapi dan Singgalang.
Aroma goreng pergedel jagung muda yang masih panas ini, begitu mengundang selera. Sehingga membuat tangan tak segan merogoh kantong untuk mengeluarkan uang untuk membelinya. Rasa jagung muda yang manisditambah dengan udara yang dingin sungguh suatu kombinasi yang pas untuk menikmati pergedel ini.
Dulu para pedagang pergedel ini mengasong dari bus ke bus yang melintas di kota Padang Panjang ini. Tapi kini, khusus para pedagang yang mengasong di Lembah Anai. Mereka sudah mempunyai pangkalan sendiri yang menempati tempat cukup strategis dan permanen di Lembah Anai ini.
Pangkalan para pedagang pergedel ini, berupa halte khusus di salah satu sudut jalan yang cukup lebar di Lembah Anai. Keberadaan halte ini juga nampaknya ditunjang oleh suatu kesepakatan tak tertulis antara pedagang yang mangkal disana, dengan para sopir angkutan umum atau bus dan mobil travel.
Beberapa kali saya bolak balik dari Padang Panjang ke Pariaman, atau dariPadang ke Bukittinggi yang harus melewati Lembah Anai ini, bus atau mobil travel yang saya tumpangi selalu menyempatkan diri berhenti di haltekhusus pedagang pergedel ini.
Tapi satu hal yang cukup disayangkan, posisi halte ini yang hanya berada di satu sisi jalan di Lembah Anai ini. Sehingga yang selalu berhenti di sana hanyalah mobil atau bus yang datang dari arah Padang atau Pariaman, sementara kendaraan yang datang dari arah sebaliknya tidak berhenti, kecuali kalau diminta oleh para penumpangnya.
Para pedagang yang berjualan di halte atau Pangkalan Pergedel ini, nampaknya juga cukup mengerti dan mentaatiaturan yang mereka buat untuk berdagang di sana. Yaitu, setiap bus atau mobil travel yang berhenti, hanya satu orang pengasong yang menjajakan pergedel dagangannya di kendaraan yang berhenti itu, sementara yang lain sabar menunggu giliran.
Dengan mentaati aturan seperti itu, saya tak pernah mengalami beberapa orang pengasong sekaligus yang berteriak-teriak menaiki bus-bus atau mobil travel yang berukuran kecil itu, yang sering kita temui di tempat-tempat lain.
Bila di kota-kota pulau Jawa kita menemukan para pedagang tahu goreng, maka di Padang Panjang kita akan mendengarkan teriakan: “paragede, paragede jaguang, paragede jaguang angek, angek...”
[caption id="attachment_81336" align="aligncenter" width="538" caption="Pangkalan Pergedel Lembah Anai, dengan sebuah bus travel yang berhenti di sana"][/caption] [caption id="attachment_81337" align="aligncenter" width="550" caption="Seorang pedagang asongan Pergedel Jagung tengah melayani pembelinya. Agar tetap panas atau hangat, ditempatkan di dalam kantong plastik beberapa lapis"]



Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI