Setelah melakukan serangkaian salat isya, salat tarawih, mendengarkan "kultum" dan salat witir, kita mengakhiri rangkaian itu dengan berdiri sambil bersalawat, bersalaman kemudian berjalan keluar musala. Momen-momen indah inilah yang menambah daftar memoriku.Â
Melewati malam hari menuju waktu sahur, biasanya kita melakukan aktivitas santai, seperti belajar, membaca buku, menonton, melanjutkan tilawah Al-Qur'an, dan berdiskusi ringan sambil sesekali melanjutkan makan minum yang tertunda. Jam dinding menunjukkan pukul 22.30 WIB, saat yang tepat untuk beranjak tidur agar tidak terlewat shalat tahajud dan waktu sahur.
Seperti biasanya, sambil menyiapkan menu sahur, suami dan kedua anakku melakukan aktivitas masing-masing, sesekali membantu menyiapkan piring ataupun mengambil gorengan di wajan.Â
Setelah semua hidangan siap, kupanggil satu per satu untuk berkumpul di meja makan menyantap menu sahur. Tak pernah kulihat Mas Gibran ini malas-malasan dalam menyantap makanan, selalu berselera dan habis.Â
Tidak terasa jam dinding berdetak menuju berakhirnya waktu sahur. Diantara selesai menyantap sahur dan menunggu berakhirnya waktu sahur, biasanya kami melanjutkan aktivitas, seperti bertilawah, rebahan sebentar, atau menonton berita di TV.Â
Di penghujung waktu sahur inilah, Mas Gibran biasanya sibuk mengambil dua gelas air putih untuk diberikan kepada kedua orang tuanya, membawa dua gelas air putih sambil berlari pasti akan tumpah airnya. Ia menyodorkan dua gelas air putih sambil berpesan, "dihabiskan air putihnya biar besok puasanya kuat," ucapnya dengan muka serius.Â
Inilah momen spesial yang membuat hatiku dan mungkin juga papanya bergetar, mendorong air mata ini keluar tanpa sengaja. Betapa sayangnya kamu kepada kami dan berharap sampai papa dan mama menua pun tetap melakukannya.
Momen ini berulang-ulang dilakukannya sejak ia kelas 4 SD sampai sekarang kelas 7 SMP. Tentunya momen ini sangat membekas di relung hati, seakan tidak ingin terhenti dan terlewatkan. Dua gelas air putih di penghujung waktu sahur yang memasuki dua relung hati dan menyatu bersama dua jiwa ini.
Inilah kisah Ramadan yang terlukis indah di kehidupanku, semoga menambah semangat dalam menjalani hari-hariku sebulan penuh.
Semoga bermanfaat dan salam semangat!
(editor: Nurhasanah)