Mohon tunggu...
Dian Kusuma Damayanti
Dian Kusuma Damayanti Mohon Tunggu... Wiraswasta - IRT, DapurKiddos4U Frozen Food Homemade, Higienis, Healthy and Halal

Tidak ada tempat terbaik untuk berbicara dan mengekpresikan rasa selain melalui tulisan. Motto hidup adalah do the best, selalu berpikir positif, tidak pernah menyerah dan sertakan Allah Swt. dalam segala hal. Contact me melalui e-mail: dianjumhan@gmail.com II FB: Dian Kusuma Jumhan II IG: dianjumhan

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Dua Gelas Air Putih di Penghujung Waktu Sahur

18 April 2021   20:13 Diperbarui: 18 April 2021   21:29 1253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto dari cdn.hellosehat.com

Bulan Ramadan adalah bulan mulia yang ditunggu kedatangannya oleh semua lapisan masyarakat di dunia. Momen-momen penting tidak pernah ketinggalan menghiasi semua rubrik di jejaring sosial tiap harinya. 

Berbagai momen dan kisah penting hadir meramaikan. Meskipun tidak semuanya menyenangkan, cerita-cerita itu membawa kesan tersendiri bagi pribadi yang melaluinya.

Begitu juga dengan diriku, momen Ramadan yang melewati hidupku membawa kesan tersendiri dan tak pernah terlupakan.

Teringat masa kecil saat menjelang ngabuburit bersama lima orang teman sebaya, berjalan menyusuri jalan di depan rumah. Rumah kami berdekatan,  di sana ada sebuah sungai dan jembatan yang menghubungkan jalan raya. Terlihat sangat ramai dengan orang berjualan, di antara jembatan dan jalan raya terdapat jarak seperti trotoar, masih tanah bukan paving. Mereka berjualan aneka mainan, makanan, minuman, dan menu takjil. 

Kami bersandar di jembatan, melihat orang lalu-lalang lewat dan sesekali memperhatikan penjual es kelapa muda menuangkannya ke kantong plastik, membuat tenggorokan ini merasakan kesegaran minuman itu. Terkadang juga melihat rengekan anak kecil dalam gendongan ibunya karena ingin dibelikan mainan atau gulali, yang merupakan salah satu permen yang melegenda sampai sekarang, bahkan sekilas sempat menghiasi film-film remaja.

Momen Ramadan yang berulang-ulang tiap tahunnya, seperti sebuah pertanda Allah Swt. ingin sengaja bertutur kepada setiap hamba-Nya bahwa Aku suka dengan momen Ramadan bulan mulia ini, agar ada rangkaian cerita yang bisa dikenang.

Saat ini, aku sudah berkeluarga dan berusia hampir mendekati lima puluh tahun, mengalami momen penting dan ada satu momen bila terlewatkan akan merasa kehilangan.

Dua Gelas Air Putih di Penghujung Waktu Sahur

Suatu sore, aku menyiapkan masakan untuk disajikan sebagai menu berbuka dan anak lelaki bungsuku selalu merepotkan aku dengan pertanyaan-pertanyaannya, "Mama masak apa ?" seperti sebuah kewajiban menanyakan hal yang sama tiap harinya. Setelah pertanyaan terjawab, ia langsung berkata, "Hmm pasti enak" sambil jempol tangan diacungkan ke depan. 

Anak lelaki bungsuku ini dibilang pendiam juga tidak karena kalau di rumah  dia paling kritis, tetapi kalau di luar rumah  dia memang terlihat malu-malu. Jika aku bilang "kok malu sich mas?", Dia pasti marah dan langsung bilang "aku nggak malu ma", sambil sesekali memperlihatkan wajah kesalnya. Setelah menyantap menu berbuka dengan segelas air putih dan 1 butir atau bilangan ganjil kurma, kita lanjutkan dengan salat tarawih diawali dengan salat isya terlebih dahulu. 

Lantunan azan anak lelaki bungsuku menghiasi memori ini, merasakan kebanggaan tersendiri dalam jiwa dan berlanjut doa seorang ibu, Semoga dengan azan itu menjadi sebab mas Gibran (panggilan akrab) bertemu dengan Bilal bin Rabah sahabat Rasulullah Saw. yang diberi amanah azan semasa hidupnya setelah memeluk agama Islam. 

Setelah melakukan serangkaian salat isya, salat tarawih, mendengarkan "kultum" dan salat witir, kita mengakhiri rangkaian itu dengan berdiri sambil bersalawat, bersalaman kemudian berjalan keluar musala. Momen-momen indah inilah yang menambah daftar memoriku. 

Melewati malam hari menuju waktu sahur, biasanya kita melakukan aktivitas santai, seperti belajar, membaca buku, menonton, melanjutkan tilawah Al-Qur'an, dan berdiskusi ringan sambil sesekali melanjutkan makan minum yang tertunda. Jam dinding menunjukkan pukul 22.30 WIB, saat yang tepat untuk beranjak tidur agar tidak terlewat shalat tahajud dan waktu sahur.

Seperti biasanya, sambil menyiapkan menu sahur, suami dan kedua anakku melakukan aktivitas masing-masing, sesekali membantu menyiapkan piring ataupun mengambil gorengan di wajan. 

Setelah semua hidangan siap, kupanggil satu per satu untuk berkumpul di meja makan menyantap menu sahur. Tak pernah kulihat Mas Gibran ini malas-malasan dalam menyantap makanan, selalu berselera dan habis. 

Tidak terasa jam dinding berdetak menuju berakhirnya waktu sahur. Diantara selesai menyantap sahur dan menunggu berakhirnya waktu sahur, biasanya kami melanjutkan aktivitas, seperti bertilawah, rebahan sebentar, atau menonton berita di TV. 

Di penghujung waktu sahur inilah, Mas Gibran biasanya sibuk mengambil dua gelas air putih untuk diberikan kepada kedua orang tuanya, membawa dua gelas air putih sambil berlari pasti akan tumpah airnya. Ia menyodorkan dua gelas air putih sambil berpesan, "dihabiskan air putihnya biar besok puasanya kuat," ucapnya dengan muka serius. 

Inilah momen spesial yang membuat hatiku dan mungkin juga papanya bergetar, mendorong air mata ini keluar tanpa sengaja. Betapa sayangnya kamu kepada kami dan berharap sampai papa dan mama menua pun tetap melakukannya.

Momen ini berulang-ulang dilakukannya sejak ia kelas 4 SD sampai sekarang kelas 7 SMP. Tentunya momen ini sangat membekas di relung hati, seakan tidak ingin terhenti dan terlewatkan. Dua gelas air putih di penghujung waktu sahur yang memasuki dua relung hati dan menyatu bersama dua jiwa ini.

Inilah kisah Ramadan yang terlukis indah di kehidupanku, semoga menambah semangat dalam menjalani hari-hariku sebulan penuh.

Semoga bermanfaat dan salam semangat!

(editor: Nurhasanah)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun