Pada tulisan sebelumnya saya sudah memaparkan tentang apa itu Feminisme dan gelombang pertama Feminisme (klik: Gelombang Pertama Feminisme Halaman 1 - Kompasiana.com). Oleh karena itu, pada tulisan kali ini saya akan membahas secara singkat tentang bagaimana gelombang kedua Feminisme, apa saja paham yang lahir pada periode tersebut dan titik berangkat dari paham tersebut.
Upaya untuk beranjak dari hal yang bersifat praktis ke hal yang lebih bersifat teoiritis menjadi sebuah faktor yang mendorong munculnya gelombang kedua Feminisme.[1] Pembebasan perempuan melalui paham "Kiri Baru" (New Left) menjadi salah satu faktor yang mempercepat munculnya teori Feminisme.[2]Â
Oleh karena itu, gerakan awal Feminisme ini dilakukan untuk mempengaruhi paham "Kiri Baru" baik itu laki-laki ataupun perempuan untuk melihat isu penting tentang ketertindasan yang dialami oleh perempuan.[3] Tujuan dari gelombang kedua Feminisme ini memiliki perubahan seiring berjalannya waktu.Â
Awalnya paham ini bertujuan untuk menjawab secara fundamental apa yang menjadi alasan ketertindasan yang dialami oleh perempuan pada saat itu serta memberikan jawaban atas tantangan yang diberika oleh teori Marxisme.[4] Kemudian pada tahun 1970-an terjadi perubahan sehingga mengakibatkan adanya perubahan terhadap arah tujuan dari paham ini, dimana paham ini memiliki pandangan bahwa baik laki-laki dan perempuan memiliki kemampuan yang sama. Gelombang kedua Feminisme diwarnai oleh dua paham Feminisme, yaitu Feminisme Psikoanalisis dan Feminisme Eksistensialisme.
Feminisme Psikoanalisis
Feminisme Psikoanalisis memiliki keyakinan bahwa untuk melihat bagaimana cara perempuan bertindak harus dilihat dari psike yang dimiliki oleh perempuan, terutama dalam cara perempuan berpikir.[5] Â Perbedaan psike yang dimiliki oleh perempuan ataupun laki-laki inilah yang kemudian menjadi akar ketertindasan yang dimiliki oleh perempuan.[6] Laki-laki mengidentifikasikan dirinya dengan nilai-nilai maskulin yang mendominasi dan perempuan mengidentifikasikan dirinya dengan nilai-nilai feminin yang didominasi.
Feminisme Eksistensialisme
Dasar pemikiran dari paham ini adalah konsep Ada dari Jean Paul Satre, yaitu etre en soi (Ada-pada-dirinya), etre pour soi (Ada-bagi-dirinya), dan etre pour les autres (Ada-untuk-orang lain). [7] Konsep ber-"Ada" Satre yang terakhir, yaitu etre pour les autres merupakan sebuah filsafat yang melihat hubungan antar manusia.[8] Dimana dalam hal ini memberikan gambaran tiap individu mempertahankan kesadaran mereka masing-masing dan berusaha untuk menginternalisasi kesadaran mereka terhadap individu lain, sehingga pada tahap ini terjadi objektivikasi kesadaran terhadap individu yang lain.[9]
Catatan Kaki
[1] Gadis Arivia, Filsafat Berperspektif Feminis (Jakarta Selatan: Yayasan Jurnal Perempuan, 2018), 139.