Jepang merupakan negara yang pertamakali menerapkan Era Society 5.0. Ketakutan terhadap berkurangnya peran sumber daya manusia karena adanya aplikasi robotika yang berkembang semakin pesat merupakan hal yang melatarbelakangi adanya revolusi industri 5.0. Revolusi industri 5.0 merupakan sebuah era dimana teknologi digital diaplikasikan kepada kehidupan manusia. Melalui society 5.0 diharapkan dapat meningkatkan peran manusia serta memaksimalkan sumber daya manusia, sehingga dapat mengatasi ataupun mengantisipasi tren global yang telah muncul pada revolusi industri 4.0. Demi terwujudnya hal tersebut diperlukan adanya kerjasama dari berbagai pihak salah satunya yaitu dalam bidang pendidikan.
Bidang Pendidikan mempunyai peran yang penting dalam perkembangan di era Society 5.0 yaitu berperan penting dalam memajukan kualitas sumber daya manusia, kegiatan pembelajaran dan terciptanya pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu diperlukan adanya pendidikan mengenai kecakapan hidup pada abad 21 atau yang lebih dikenal dengan istilah 4C yaitu keterampilan berpikir kreatif (creative thinking), berpikir kritis dan pemecahan masalah (critical thinking and problem solving), berkomunikasi (communication), dan berkolaborasi (collaboration). Revolusi industri 5.0 dalam dunia pendidikan perlu menekankan para pelajar dalam meningkatkan kreatifitas serta keterampilan dengan menerapkan soft skill dan hard skill serta dapat menggunakan berbagai teknologi yang semakin canggih. Dalam hal ini berarti para pelajar diharapkan mampu untuk berpikir kritis serta komunikatif dalam mengembangkan skill yang ada. Dalam Era Society 5.0 yang akan dihadapi nanti, dibutuhkan kompetensi serta memiliki karakter yang dapat mencerminkan pancasila yaitu, rasa ingin tahu, berinisiatif, memiliki kegigihan, mudah dalam beradaptasi, memiliki jiwa kepemimpinan serta memiliki kepedulian terhadap sosial dan budaya.
Daftar Pustaka
Pinatih, N. P. S. (2020, December). Pembelajaran Menyenangkan dalam Menyongsong Era Society 5.0. In Prosiding Seminar Nasional IAHN-TP Palangka Raya (No. 1, pp. 64-76).
