Sejak berdirinya pada 17 Agustus 1945, Republik Indonesia tidak pernah benar-benar bebas dari ancaman. Namun, yang menarik untuk dicermati adalah bahwa musuh negara Indonesia tidak selalu tampil dalam bentuk yang sama. Mereka dapat berubah rupa, strategi, dan metode untuk menyesuaikan diri dengan kondisi zaman. Proses perubahan inilah yang dapat kita sebut sebagai metamorfosa musuh negara, sebuah transformasi yang seringkali membuat mereka semakin sulit dikenali dan dihadapi.
Pada masa lalu, musuh negara mungkin berbentuk pasukan berseragam yang menyerang secara terbuka. Ancaman jelas terlihat dan garis pertempuran mudah dibedakan. Namun, di era modern, bentuk ancaman tersebut kian kabur.
Ada bahaya laten yang tengah mengintai negeri ini dan menjadi ancaman serius, yaitu ideologi kapitalisme. Kapitalisme adalah wajah nyata dari musuh bangsa Indonesia. Mulai dari mengendalikan tanah, tenaga, dan hasil bumi demi keuntungan pihak asing. Meski kini Indonesia telah merdeka secara politik, tantangan kapitalisme dalam bentuk baru tetap ada. Setelah kemerdekaan, bentuknya bergeser menjadi kapitalisme global: investasi asing yang menguasai sumber daya alam, utang luar negeri yang mengikat kebijakan, dan liberalisasi ekonomi yang meminggirkan rakyat.
Di bawah cengkeraman ideologi tersebut, bukan hanya kekuasaan politik yang tersandera, tetapi juga kekuatan ekonomi yang menghancurkan. Indonesia terjebak dalam "lingkaran setan" kapitalisme karena kombinasi tekanan internasional, kepentingan domestik, dan hegemoni ideologi. Keluar dari sistem ini memerlukan perubahan paradigma besar-besaran di tingkat negara dan masyarakat, termasuk keberanian politik untuk mengadopsi sistem ekonomi yang berpihak pada rakyat, bukan hanya pada pemilik modal. Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI