Bulan demi bulan berganti, namun penderitaan Palestina masih saja sama. Bukan hanya serangan bom yang mengancam, namun kelaparan, kedinginan dan juga berbagai penyakit menjadi masalah yang nyata. Palestina mencekam, dan dunia bungkam. Bantuan dari berbagai negara memang terus berdatangan, namun Palestina memerlukan solusi politik bukan sebatas respon kemanusiaan.
Apa yang dilakukan Israel sungguh sangat keterlaluan. Genosida yang sudah berlangsung puluhan tahun, kini makin brutal. Sasarannya pun kian tak terkendali. Anak-anak, wanita, bahkan sampai lansia menjadi target senapan mereka. Tempat pemukiman warga dijadikan sebagai arena perang tanpa jeda. Kemanakah Muslim dunia?
Indonesia sebagai negara dengan jumlah Muslim terbesar di dunia, memang memberikan dukungan terhadap perjuangan rakyat Palestina agar bisa memperoleh kemerdekaan. Indonesia berusaha memperjuangkan hak-hak Palestina dengan senantiasa berpegang pada prinsip anti penjajahan, anti penindasan, dan solidaritas global. Namun di sisi lain, sikap Indonesia dalam politik luar negeri yang bebas-aktif dan non-blok, menjadikannya tetap menjalin hubungan persahabatan dengan semua negara, hal ini butuh peninjauan ulang, jangan sampai Indonesia bersikap tidak tegas.
Harus ada persatuan negeri-negeri Muslim. Dimana persatuan tersebut harus disertai tindakan nyata yang menunjukkan kapasitas kerja level negara dan pemimpin dunia. Amerika saja menunjukkan aksi nyatanya dalam mendukung kekejaman Israel yaitu secara langsung membantu militer mereka untuk menyerang Palestina. Mengapa negeri-negeri Muslim yang jumlahnya cukup banyak, hanya diam atas apa yang terjadi?
Ketika dunia diam, sama saja kita membunuh mereka secara perlahan. Haram hukumnya berdiam diri terhadap kemungkaran. Sikap dunia Islam yang ambigu dan betah bermain retorika, hanya akan memperpanjang derita Palestina.
Hal mendasar yang membuat dunia Islam saat ini belum mau bergerak mengerahkan militernya adalah karena adanya perbedaan kepentingan. Mereka pun terjebak dengan narasi  perdamaian ala Barat. Dimana solusi damai yang diajukan oleh Barat adalah solusi dua negara, yaitu menerima dan mengakui Israel sebagai sebuah entitas maupun negara. Siapapun yang menerima solusi dua negera berarti mengakui penjajahan dan kezaliman.
Kita harus menolak damai yang diajukan Barat, karena Muslim haram bersikap loyal kepada kafir Barat, apalagi jelas solusi tersebut memberikan bahaya besar untuk umat Islam. Damai dengan penjajah adalah pengkhianatan dan penghinaan besar terhadap perjuangan rakyat Palestina yang selama ini telah menjaga Al-Aqso dengan darah dan nyawa. Lebih jauh lagi, hal ini merupakan pengkhianatan terhadap Allah dan RasulNya. Jadi damai dengan penjajah adalah maut (petaka).
Jihad adalah solusi bagi agresi zionis Yahudi atas Palestina. Sudah banyak ulama yang membahas tentang masalah jihad. Diantaranya adalah Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani dalam kitab Asy-Syakhsiyyah al-Islamiyyah Jilid 2 menyatakan bahwa jihad adalah fardu 'ain jika kaum muslim diserang oleh musuh. Fardu 'ain ini bukan hanya berlaku untuk muslim Palestina, tetapi juga bisa meluas bagi kaum muslim di sekitar wilayah Palestina.
Saat ini, jihad malah dimaknai sebagai tindakan teror yang jauh dari kata perdamaian. Ada upaya memonsterisasi makna jihad, sehingga membuat solusi ini seolah menyeramkan dan jauh api dari panggang. Padahal jihad adalah bagian dari ajaran Islam. Harusnya kaum Muslim, khususnya para penguasanya sudah mengetahui hal tersebut. Kirimkanlah tentara-tentara kaum Muslimin ke Palestina. Jangan biarkan sekat nasionalisme menjadi penghalang untuk memerangi entitas Yahudi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI