Mohon tunggu...
Dian Ibrahim
Dian Ibrahim Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya pribadi introvert yang menyukai hujan di setiap rintiknya

Selanjutnya

Tutup

Diary

Utang (1)

21 November 2022   08:28 Diperbarui: 21 November 2022   08:34 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Sedikit kisah tentang utang. Saya memiliki beberapa teman yang punya pengalaman utang dengan saya. Semua punya karakter yang hampir sama soal gaya hidup. Saya bagi cerita ini menjadi beberapa bagian. Kita mulai dengan teman A.

Suatu hari A menghubungi saya lewat whatsapp. Tidak ada angin atau hujan. Langsung pada intinya ingin meminjam uang dengan nominal yang menurut saya sangat besar. Apalagi kami sudah lama tidak berkomunikasi sejak saya menikah 10 tahun lalu. Awalnya saya kira ponselnya dibajak. Jadi saya abaikan isi pesannya. Saya tidak langsung mengiyakan waktu itu. Masih tidak yakin tepatnya. Saya tanya untuk apa, dia bilang belum bisa bercerita.

Ternyata dalam beberapa hari, ada teman saya yang lain bertanya, apakah saya dihubungi si A untuk pinjam uang? Lho kok sama, pikir saya. Akhirnya saya percaya bahwa itu memang si A. Kami baru tahu si A terlibat pinjaman online setelah menerima pesan berantai dari platform pinjol yang menginfokan si A supaya segera melunasi utangnya.

Karena hubungan kami baik kami saat kuliah dulu, saya putuskan untuk berani meminjami dia uang. Si A berterima kasih dan menjanjikan waktu tertentu untuk pelunasan utangnya. Dia akhirnya mulai bercerita meski tidak semua saya kira. Dia dan suaminya berani mengambil utang pada sebuah platform pinjaman online sebatas keinginan untuk membeli beberapa barang (yang menurut saya bukan barang kebutuhan primer). Hanya sebuah keinginan. Astaga. Mereka tidak mengira bahwa pinjaman online itu jadi musibah untuk mereka dan keluarga besar. 

Sistem pinjaman online setahu saya akan terus memperbesar bunga pinjaman jika si peminjam menunggak lebih lama. Bonus musibah adalah adanya pesan berantai yang menginfokan seisi kontak telepon si peminjam supaya si peminjam segera melunasi utangnya. Beberapa teman bahkan menegur si A, bisa-bisanya ia terjebak dalam kondisi ini. 

Sampai cerita ini saya tulis, si A sudah berutang beberapa kali ke saya. Tempo pelunasan memang tidak pernah tepat waktu. Namun si A tetap berusaha melunasi utangnya. Di situ saya percaya dengan komitmennya. Tentu saja ini semacam gali lubang tutup lubang. Mana uang yang bisa dibayarkan ke teman atau keluarga yang sudah meminjamkan uang, dia akan dahulukan membayar.

Saya tidak tahu pasti. Dia sepertinya sudah habis-habisan. Gajinya sebagai guru honorer tidak cukup untuk melunasi utangnya. Les pun sepi. Pesanan kue juga tidak seramai dulu. Pekerjaan suami sebagai tukang serabutan juga tidak bisa diandalkan. Terakhir dia bilang satu-satunya motor Honda yang dia punya terpaksa dijual. Dia menyadari keluarga besar yang dulu dekat tidak lagi mendukungnya. Dengan si adik pun kini ada jarak komunikasi. Padahal saya tahu pasti seperti apa kehangatan keluarga mereka dulu.Si A benar-benar menyesal dengan keputusannya di masa lalu. 

Suatu hari si A mengunggah status mendandani seorang siswa untuk sebuah acara sekolah. Hasilnya cukup bagus menurut saya. Saya sarankan dia untuk dapat menambah pemasukan dari kemampuannya yang satu itu juga. Dia kurang percaya diri. Kenapa tidak dicoba kata saya. Namun entah akhirnya dia mau melakukan itu atau tidak. Komunikasi kami kembali terjeda. Saya tidak tahu apakah semua utangnya sudah lunas. Dia hanya bilang akan berganti nomor ponsel untuk mulai hidup baru. Semoga kejadian ini menjadi hikmah untuk kami.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun