Mohon tunggu...
Dian Handayani
Dian Handayani Mohon Tunggu... Guru - SDN Duren Sawit 05

Guru Penggerak Angkatan 05.27 DKI Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi Modul 1.4 Program Guru Penggerak

26 Agustus 2022   23:58 Diperbarui: 27 Agustus 2022   00:03 1510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Koneksi Antar Materi Modul 1.4

 Berdasarkan pemikiran dari filosofi Ki Hajar Dewantara tentang Pendidikan adalah  proses “menuntun” yang menghamba pada anak,  KHD mengumpamakan sekolah sebagai sebuah ladang tempat persemaian bibit, agar bibit bisa perkembang secara maksimal maka petani dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara bibit tanaman, memberi pupuk dan air, membasmi ulat-ulat atau jamur-jamur yang mengganggu hidup bibit tanaman dan lain sebagainya.” Dari uraian tersebut, kita dapat memahami bahwa sekolah diibaratkan sebagai tanah tempat bercocok tanam sehingga guru harus mengusahakan sekolah jadi lingkungan yang menyenangkan, menjaga, dan melindungi murid dari hal-hal yang tidak baik, sehingga dapat mewujudkan karakter murid yang sesuai dengan profil pelajar Pancasila.

Pembelajaran “merdeka” yang menghamba pada anak melalui implementasi Nilai dan Peran guru penggerak. Filosofi KHD sebagai acuan “menuntun” segala kodrat anak untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai individu manusia maupun anggota masyarakat, terkoneksi dengan nilai-nilai dan peran guru penggerak dalam bertindak sebagai bagian dari agen perubahan ekosistem Pendidikan Indonesia.

Sebagai penuntun guru harus bisa memetakan kekuatan dirinya sendiri terlebih dahulu. Paradigma Inkuiri Apresiatif (IA) merupakan strategi perubahan kolaboratif yang berbasis kekuatan diri.  Pendekatan paradigma Inkuiri Apresiatif dapat menggali potensi seseorang sesuai dengan kodratnya. Melalui pendekatan Inkuiri Apresiatif, metode BAGJA (buat pertanyaan, ambil pelajaran, gali mimpi, jabarkan rencana dan atur eksekusi), guru menemukan visi diri dalam menuntun siswa berkarakter profil pelajar Pancasila. Visi guru merupakan acuan untuk melakukan perubahan dalam ekosistem pendidikan sekolah.

Salah satu tanggung jawab seorang guru adalah menciptakan suatu lingkungan positif yang terdiri dari warga sekolah yang saling mendukung, saling belajar, saling bekerja sama sehingga tercipta kebiasaan-kebiasaan baik; dari kebiasaan-kebiasaan baik akan tumbuh menjadi karakter-karakter baik warga sekolah, dan pada akhirnya karakter-karakter dari kebiasaan-kebiasaan baik akan membentuk sebuah budaya positif. Lingkungan yang nyaman dan bahagia untuk murid akan memberikan keleluasaan murid berekspresi diri dan mengeksplorasi potensinya menjadi suatu kekuatan diri yang unggul. Guru yang berpihak pada murid mampu mengidentifikasi kebutuhan belajar murid, melakukan pembiasan perilaku ahlak mulia, menjadi teladan murid dan menjalankan pembelajaran yang menyenangkan bersama murid.

Membuat kesepakatan Kelas pada awal pembelajaran, yang dilakukan oleh murid dan dapat mengakomodir kepentingan semua murid di kelas merupakan salah satu wujud restitusi. Restitusi merupakan proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah mereka, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain (Chelsom Gossen, 1996). Hukuman bersifat tidak terencana atau tiba-tiba. Anak atau murid tidak tahu apa yang akan terjadi, dan tidak dilibatkan. Hukuman bersifat satu arah, dari pihak guru yang memberikan, dan murid hanya menerima suatu hukuman tanpa melalui suatu kesepakatan. - Konsekuensi dibuat oleh pihak guru (sekolah), dan murid sudah mengetahui sebelumnya konsekuensi yang akan diterima bila ada pelanggaran. Pada konsekuensi, murid tetap dibuat tidak nyaman untuk jangka waktu pendek. Budi pekerti adalah perpaduan antara cipta (kognitif), karsa (afektif) sehingga mencipta karya (psikomotor). Karakter/ budi pekerti yang terbentuk dalam suatu komunitas menciptakan budaya positif yang menjadi ciri khas komunitas/ tim.

Dr. William Glasser dalam Control Theory, kemudian dinamakan Choice Theory, menjelaskan miskonsepsi tentang makna ‘kontrol’, yaitu : 1. Ilusi guru mengontrol murid. Murid sedang mengizinkan dirinya dikontrol. Saat itu bentuk kontrol guru menjadi kebutuhan dasar yang dipilih murid tersebut. Semua perilaku memiliki tujuan, bahkan terhadap perilaku yang tidak disukai. 2. Ilusi bahwa semua penguatan positif efektif dan bermanfaat. Segala usaha untuk mempengaruhi murid agar mengulangi suatu perilaku tertentu(kontrol murid). 3. Ilusi bahwa kritik dan membuat orang merasa bersalah dapat menguatkan karakter. Hal ini mengembangkan dialog diri yang negatif. 4. Ilusi bahwa orang dewasa memiliki hak untuk memaksa. Perilaku memaksa tidak akan efektif untuk jangka waktu panjang. Membersamai, empati dan kolaborasi antar murid dan guru akan menciptakan keyakinan/ kepercayaan satu sama lain.

‘merdeka’ menurut Ki Hajar adalah tidak hanya terlepas dari perintah; akan tetapi juga cakap buat memerintah diri sendiri. Ki Hajar menyatakan juga bahwa untuk mencapai kemerdekaan atau dalam konteks pendidikan, menciptakan murid yang merdeka, syarat utamanya adalah harus ada disiplin yang kuat. Disiplin yang dimaksud adalah disiplin diri, yang memiliki motivasi internal. Jika kita tidak memiliki motivasi internal, maka perlu pihak lain untuk mendisiplinkan kita. Seseorang yang memiliki disiplin diri berarti mereka bisa bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya karena mereka mendasarkan tindakan mereka pada nilai-nilai kebajikan universal.

Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, menyatakan ada 3 motivasi perilaku manusia: 1. Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman Ini adalah tingkat terendah dari motivasi perilaku manusia. Motivasi ini bersifat eksternal. 2. Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain. Orang yang melakukan sesuatu untuk mendapatkan hadiah, pengakuan, atau imbalan. Motivasi ini juga bersifat eksternal. 3. Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Ini adalah motivasi yang akan membuat seseorang memiliki disiplin positif karena motivasi berperilakunya bersifat internal.

Disiplin artinya belajar, memotivasi internal untuk melakukan nilai-nilai kebajikan yang diyakini.  Semua tindakan yang kita lakukan adalah usaha terbaik kita untuk mendapatkan apa yang kita inginkan, dalam upaya memenuhi satu atau lebih dari kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan untuk bertahan hidup (survival), kasih sayang dan rasa diterima (love and belonging), kebebasan (freedom), kesenangan (fun), dan penguasaan (power). Ketika seorang murid melakukan suatu perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai kebajikan, atau melanggar peraturan, hal itu sebenarnya dikarenakan mereka gagal memenuhi kebutuhan dasar mereka. Dunia Berkualitas adalah tempat khusus dalam pikiran yang menyimpan gambaran representasi dari semua yang diinginkan (berisi hal-hal terbaik dalam hidup yang membuat sesorang merasa bahagia dan terpenuhi kebutuhan dasar). Terpenuhinya kebutuhan dasar manusia dan dunia berkualitas merupakan hasil usaha yang dilakukan manusia melalui sinergi pembiasaan disiplin positif dan keyakinan diri secara kontinu.

Program disiplin positif yang berpusat pada murid, yang dikembangkan oleh Diane Gossen dengan pendekatan Restitusi, yang disebut dengan 5 Posisi Kontrol. Diane Gossen dalam bukunya Restitution-Restructuring School Discipline (1998) mengemukakan bahwa guru perlu meninjau kembali penerapan disiplin di dalam ruang-ruang kelas mereka selama ini. Gossen berkesimpulan ada 5 posisi kontrol yang diterapkan seorang guru, orang tua ataupun atasan dalam melakukan kontrol. Kelima posisi kontrol tersebut adalah Penghukum, Pembuat Rasa Bersalah, Teman, Pemantau dan Manajer. Sebagai guru yang menginginkan murid-muridnya menjadi manusia yang merdeka, mandiri dan bertanggung jawab, maka kita perlu mengacu kepada Restitusi yang dapat menjadikan murid kita seorang manajer bagi dirinya sendiri. Murid diajak untuk menganalisis kebutuhan dirinya, maupun kebutuhan orang lain. Berkolaborasi dengan murid bagaimana memperbaiki kesalahan yang ada. Tugas guru sebagai manajer bukan untuk mengatur perilaku seseorang. Guru membimbing murid untuk dapat mengatur dirinya. Kembalikan murid ke kelompoknya dengan lebih baik dan kuat. Kolaborasi guru dengan murid untuk memperbaiki kesalahan yang ada. Guru dengan tulus mengajukan pertanyaan bermakna, membuka pikiran murid, menuntun murid menyelesaikan masalahnya secara mandiri dan tanggung jawab. Murid berefleksi atas tindakannya hinga memperoleh motivasi intrinsik dirinya. Tercipatanya harmonisasi hubungan positif antar guru dan murid.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun