Mohon tunggu...
Lyfe

Seorang Pengembara Lautan Demi Keluarga di Rumah

31 Maret 2018   08:24 Diperbarui: 31 Maret 2018   09:37 649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SEORANG PENGEMBARA LAUTAN DEMI KELUARGA DIRUMAH

Foto oleh ajeng pramesty

Aktivitas ABK di atas kapal, pelabuhan sunda kelapa, Jakarta. Yazid mengangkat barang dari kapal dengan memakai baju biru.

Pelabuhan Sunda Kelapa adalah salah satu pelabuhan yang terletak di Ibukota Jakarta. Meski bisa dibilang lokasi yang cukup jauh tapi masih banyak wisatawan asing maupun domestik yang sering mengunjungi pelabuhan ini.

Salah satu aktivitas di Pelabuhan Sunda Selapa adalah tempat untuk mengantarkan barang-barang dari ibukota ke pulau lain yang sudah siap diangkut oleh kapal-kapal besar. Pelabuhan Sunda Kelapa tidak hanya menjadi aktivitas ekspedisi mengantarkan barang tetapi juga sebagai tempat wisata.

Salah seorang ABK (Anak Buah Kapal) yang bernama Bapak Yazid mengatakan bahwa saat ini kapal Citra Bahagia akan segera berangkat menuju Pulau Kalimantan untuk mengantar mesin cuci, kulkas, bahan sembako, bahan-bahan matrial dan beberapa peralatan rumah tangga. Yazid mengatakan lama perjalanan dari Jakarta ke Pulau Kalimantan menggunakan kapal kurang lebih ia menghabiskan waktu sekitar tujuh hari berlayar.

"Jika cuaca bagus kami bisa santai, tapi jika cuaca sedikit buruk atau sedang hujan kami agak takut. Meskipun sudah sering berlayar mengantarkan barang. Tapi kita sebagai awak kapal harus tetap waspada dan berdoa setiap kali di perjalanan," ujar beliau sambil menghapus keringat yang membasahi wajahnya.

Sebelum berangkat berlayar, biasanya para ABK yang sudah selesai mengepak barang di dalam kapal, bersantai sejenak untuk sekedar memesan kopi atau makanan ringan di pelabuhan atau hanya sekedar bersenda gurau dengan teman-teman sesama ABK sebelum berangkat berlayar.

Para pekerja kapal juga terkadang menerima keluhan dari keluarganya di rumah, karena jarang pulang. "iya begitu, kadang anak saya telpon sambil nangis karena saya tidak pulang. Kalau lagi ada ekspedisi gitu kan bisa sekitar dua minggu di atas kapal bahkan bisa lebih. Seminggu berangkat, seminggu lagi ya pulang ke Jakarta," Ujar Yazid sambil menyeruput kopi hitam dingin, yang ia pesan sedari tadi.

"Selain itu kadang keluarga di rumah jadi khawatir dan suka mikir yang aneh-aneh, kalau hujan turun. Ombak di laut itu seram saat cuaca buruk. Pernah, ketika sedang antar barang ke Pulau Sulawesi, kapal kami hampir tenggelam karena hujan badai di laut." Lanjut Yazid.

Yazid juga anak seorang nelayan sejak kecil, bahkan beliau sering menemani sang ayah semasa hidupnya untuk menangkap ikan di laut. Sambil bercerita dengan tatapan nanar, beliau mengungkapkan bahwa sesosok pahlawan yang ia kagumi dari kecil tersebut, meninggal karena kapalnya tertelan ombak saat cuaca sedang buruk. Tetapi hal tersebut tidak mematahkan semangat Yazid, untuk mencari nafkah di lautan demi melanjutkan perjuangan sang Ayah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun