Mohon tunggu...
Diana Lieur
Diana Lieur Mohon Tunggu... Administrasi - Cuma orang biasa

No matter what we breed; "We still are made of greed"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Perkenalkan, Kami yang Terbiasa Meminta Maaf Setelah Viral di Media Sosial

20 September 2019   16:59 Diperbarui: 21 September 2019   20:27 1204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: treasuringchristph.org

"Kebiasaan adalah tata cara hidup yang dianut oleh suatu masyarakat atau suatu bangsa dalam waktu yang lama dan memberikan pedoman bagi masyarakat yang bersangkutan untuk berpikir dan bersikap dalam menghadapi berbagai hal yang terjadi dalam kehidupannya." - A. Ridwan Halim.

Merujuk pada penjelasan di atas, maka dapat dicontohkan bahwa kebiasaan adalah sesuatu yang kerap kali dilakukan secara berulang kali oleh masyarakat. Misalnya kebiasaan kaum pria setelah makan adalah merokok, sebab katanya "Wes mangan ora udud eneg" weeeeew.

So, welcome to Negara Ber-flower atau Negara +62, which is netizennya memiliki kebiasan-kebiasaan unik dan menarik. Misalnya sering meminta foto bersama Turis asing alis bule saat liburan. Hal ini belum tentu sama seperti di negara lainnya. Ya kan?

Viral Dulu dong Baru Minta Maaf!
Sejalan dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, akhirnya banyak perubahan-perubahan yang tentunya dirasakan oleh masyarakat di berbagai penjuru dunia. 

Sebagai contoh adalah keinginan eksistensi masyarakat saat ini semakin meningkat di dunia maya, dari berbagai kalangan masyarakat mulai berlomba-lomba untuk tampil eksis dan sukur-sukur mereka bisa viral. 

Mulai dari Emak-emak, Bapak-Bapak, Anak ingusan, Anak ABG, Anak Sultan, sampai Anak Artis mencoba untuk dikenal. It's oke, don't mind!

Sumber : animatedvideo.com
Sumber : animatedvideo.com
Tak perlu diambil pusing, karena hal tersebut adalah salah satu kebiasaan masyarakat setelah hadirnya media sosial dan itu wajar sifatnya. Namun bagaimana jika dengan hadirnya media sosial ternyata telah menggerus setidaknya daya sadar masyarakat atas apa yang ia perbuat?

Maksudnya adalah ketika seseorang dengan sengaja, dengan berani, dengan bar-barnya melakukan kesalahan. Namun ia enggan meminta maaf atas kelakuannya tersebut. Kecuali kalau sudah viral. Lah maksudnya gimana sih?

Pernah lihat video mengenai sekelompok pemuda gagah perkasa mengendarai motor di atas makam umum?

Atau, pernah lihat video seorang pemuda yang dengan berani buang air kecil di hadapan bendera nasional?

Hemmm, atau nggak video tentang seorang anak yang (maaf) tega menendang Ibunya sendiri. Pernah lihat?

Kalau pernah, yesss selamat! Karena Anda telah membantu dan membuat mereka viral sehingga mereka mau meminta maaf atas perbuatan bar-barnya tersebut. 

Hal itu tidak dapat dipungkiri, sebab seperti itulah adanya keadaan masyarakat kita di era digital saat ini. Yakni, viral dulu baru minta maaf.

Berbeda dengan Pak Ogah yang memiliki kebiasaan "Gopek dulu dong, baru boleh lewat!" Masyarakat kita saat ini juga memiliki kebiasaan baru, yakni "Viral dulu dong, baru minta maaf!"

Loh berarti bagus dong dengan adanya media sosial, itu tandanya the power of social media benar-benar menyadarkan mereka atas kesalahannya tersebut. So, what's wrong?

Sejatinya, memang tepat sekali. Berkat adanya media sosial, sebagian masyarakat yang berbuat salah dan viral di media sosial akan meminta maaf di hadapan pihak yang dirugikan serta di hadapan umum. 

Namun yang menjadi pertanyaannya adalah kenapa harus viral dulu, baru mau minta maaf? 

Sebab tidak ada yang mampu menjamin bahwa permintaan maaf tersebut benar-benar murni karena daya sadarnya akan kesalahan yang dilakukan, bukan karena terlanjur viral di media sosial. Who knows?

Mari kita sedikit berandai-andai, bagaimana jadinya jika sebuah kesalahan yang dilakukan seseorang ternyata tidak viral di sosial media, rasanya tidak ada yang mampu menjamin bahwa pelaku akan meminta maaf atas kesalahannya tersebut. 

Sebab yang menjadi letak persoalannya, bukanlah pada masyarakat yang selalu berbuat kesalahan, toh hal itu lumrah karena manusia memang tempatnya berbuat salah. 

Melainkan ada daya sadar yang sedikit demi sedikit mulai tergerus karena kebiasaan baru ini. Yakni tergerusnya tingkat kesadaran masyarakat untuk mengakui sebenar-benarnya dan meminta maaf atas kesalahan tersebut, meski dengan atau tanpa viral dahulu.

Menariknya lagi hidup di Negara Ber-flower ini adalah, setelah kebiasaan viral dulu baru minta maaf terjadi, biasanya akan ada satu kebiasaan yang muncul akibat kebiasaan tersebut.

Yakni jadi "Duta" atas kesalahan yang pernah dilakukan, hehehee. Prok,,, prok,,, prok.... Selamat, selamat, selamat yak, anda resmi jadi seorang Duta!

Tangerang, 20 September 2019

Diana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun