Mohon tunggu...
Diana Lieur
Diana Lieur Mohon Tunggu... Administrasi - Cuma orang biasa

No matter what we breed; "We still are made of greed"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Membandingkan Harga Sebuah Pertemanan dan Lowongan Kerja

27 April 2019   22:44 Diperbarui: 28 April 2019   10:03 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Job Seeker| Sumber: Pixabay

Lulus pada bulan November tahun lalu, kemudian baru mendapatkan pekerjaan di awal bulan Maret 2019 membuat saya agak susah move on dari masa-masa pendewasaan diri tersebut. Bagaimana tidak, bagi saya kurang lebih empat bulan menganggur bukanlah waktu yang singkat. 

Menelan mentah-mentah kenyataan hidup yang secepat kilat berubah begitu saja. Awalnya memang saya santai menjalani masa-masa menjadi seorang pengangguran, namun lambat laun saya mulai menjadikan omongan-omongan tetangga ataupun pertanyaan dari kerabat keluarga sebagai beban pada saat itu. 

"Sudah melamar ke mana saja? Sudah ada rencana ke depannya mau bagaimana? Jadi fresh graduate jangan milih-milih kerjaan, nanti gak berasa udah nganggur setahun!" Kurang lebih seperti itulah ucapan-ucapan yang kerap kali saya terima selama menjadi pengangguran. 

Dan benar memang, bahwa beban menjadi seorang pengangguran adalah 

"Bangun pagi tanpa pikiran, namun ketika hendak tidur di malam hari malah banyak pikiran yang mengganggu. Huffffttttt".

Berbagai cara untuk mendapatkan info lowongan kerja telah saya lakukan termasuk cara paling sederhana, yakni meminta lowongan kerja kepada teman, bahkan teman lama yang sempat kehilangan kontak obrolan setahun lebih lamanya dengan saya. 

Sebab cara tersebut adalah cara paling efektif yang perlu dicoba oleh para job seeker dan sudah terbukti sangat membantu. Hebat memang jika mendapatkan informasi melalui koneksi khusus seperti teman, apalagi kalau langsung dijadikan rekomendasi, Wow. 

Namun kiranya sekitar 3 bulan lalu di salah satu aplikasi bernama LinkedIn. Tanpa sengaja saya membaca salah satu postingan yang dibuat oleh Master LinkedIn yang namanya sudah melejit di aplikasi tersebut, yakni Pak Peter Febian. 

Sumber : https://www.shutterstock.com
Sumber : https://www.shutterstock.com
Dalam postingannya, ia menjelaskan tentang obrolannya melalui inbox LinkedIn dengan seorang job seeker. Kemudian ia menjelaskan bahwa si job seeker ini meminta agar dirinya direkomendasikan oleh Pak Pete kepada para penggede perusahaan, dengan alasan agar diterima kerja. Karena menurut si job seeker ini, Pak Pete memiliki banyak koneksi yang super duper luas. 

Percakapan demi percakapan antara si job seeker dan Pak Pete yang ditulis ulang dalam postingan tersebut saya baca dengan santai. Hingga pada akhirnya ada satu cerita yang membuat saya mulai serius terbawa suasana. 

Adalah ketika Pak Pete flashback menceritakan bahwa dirinya juga pernah melakukan hal yang sama seperti si job seeker ini. Singkat cerita, berawal dari pekenalannya dengan 3 orang teman di media sosial yang berujung pada keakraban, akhirnya Pak Pete tahu bahwa ketiga temannya ini memiliki usaha. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun