Saya kemudian melanjutkan berjalan melihat-lihat sekolah ini dan berhenti di bagian depan, sambil mengobrol dengan mbak Dhika (teman blogger) dan mbak Wiwin (staf YIS), kami sedikit terkejut dengan suara seperti lonceng. Ah rupanya itu tanda break time. Para siswa berhamburan ke luar kelas untuk beristirahat. Tiba-tiba seorang gadis cilik yang mengaku menajer Starbooks Caf mencoba merayu kami untuk mampir ke caf-nya. Dia menawarkan cookies coklat yang enak. Duh siapa sih yang nggak luluh.Â
Layaknya seorang manajer cafe,  dia dan teman-temannya melayani kami bak pelanggan, memilihkan meja, mencarikan tambahan kursi, memberikan menu.  Saat bertanya apa yang favorit di cafe ini, sang manajer menawarkan cookies coklat. Untuk menu minumannya, sang manajer menjelaskan bahwa mereka hanya punya dua menu minuman yaitu Alice in Wondertea dan Charlie and Choco Cup sambil tersenyum lebar. Sayangnya sang manajer harus masuk kelas begitu menyelesaikan pesanan kami. Hehehehe. Sebelum meninggalkan cafe, dia memberikan kepada saya sebuah bookmark kertas dengan pita warna warni di ujungnya bertuliskan thank you for coming. Aih so sweet.
Meskipun saya baru pertama kali ke YIS, tapi perasaan hangat dan nyaman langsung terasa. Semua orang menyambut dengan baik, mulai dari security, staf, guru hingga siswa-siswanya. Nuansa hijau, sejuk nan asri langsung terasa saat memasuki sekolah ini, bagaimana tidak jika kita disambut hijaunya lapangan bola yang ada di samping sekolah. Dan jika cuaca cerah, view di sebelah utara sekolah ini adalah pemandangan gunung Merapi dan Merbabu. Beruntung sekali kan ya, para siswa di sini belajar dari kelas dengan pemandangan hijau dan belatar gunung Merapi. Suasana di sekolah ini sangat terbuka.
Setelah selesai berkeliling, saya pun berpamitan pulang, pas banget hujan tiba-tiba turun deras sekali. Karena hujan saya harus berjalan keluar melewati  pendopo. Di pendopo itu ada beberapa meja dan kursi,  semua siswa berkumpul di situ untuk makan bersama. It's lunch time! Tidak ada kantin di YIS, jadi setiap orang tua menyiapkan bekal untuk anak-anak mereka. Saya sempat mengintip bekal dua orang anak yang ada di dekat saya berdiri. Yang satu membawa onigiri dan sushi, si anak yang duduk di depannya membawa ayam kari india. Sebagai penyuka masakan India saya langsung mengenali wangi karinya. Perut saya pun tiba-tiba mulai lapar. Hahaha.Â
Di YIS di mana semua siswa dan guru dari berbagai negara berkumpul di satu tempat, keberagaman budaya dan bahasa menjadi kekayaan yang dimiliki sekolah ini. Namun saya tidak melihat adanya perbedaan justru semuanya terlihat tersinergi.Â
Keceriaan wajah terlihat saat siswa mulai memasuki gedung sekolah dan tetap bersemangat sepanjang waktu di sekolah, tidak satu pun siswa terlihat murung apalagi stres. Â
Sekolah mungkin menjadi tempat untuk menuntut ilmu agar siswanya pintar dan mendapatkan nilai terbaik di setiap mata pelajarannya. Tetapi keberhasilan sebuah proses belajar tidak melulu soal angka yang dicapai tetapi bagaimana membuat anak mampu menjadi problem solver, pribadi yang humanis/caring others, mencintai lingkungan, bertanggung jawab, memiliki integritas dan  berkarakter yang baik.Â