Mohon tunggu...
Dian Purnama
Dian Purnama Mohon Tunggu... Freelancer - klaverstory.com

-Job fils your pocket, adventure fils your soul-

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Sate Merah Sate Ratu, Paduan Rasa Lokal untuk Selera Internasional

28 Juni 2019   14:34 Diperbarui: 28 Juni 2019   14:38 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nusantara patut berbangga karena kaya akan warisan budaya, termasuk kuliner. Sate salah satunya, kuliner favorit sepanjang jaman. Tumpukan daging berbumbu yang ditusuk pada bambu kemudian dibakar.  Saya sudah mengenal kuliner ini sejak kecil.  

Awalnya hanya ada dua jenis sate yang saya kenal  yaitu sate ayam berbumbu kacang (sate khas Madura) dan sate kere ( sate daging/lemak biasa dibakar dengan bumbu dan dimakan tanpa saus).  

Kemudian selain saus kacang, saya mengenal sate Padang yaitu sate sapi (biasanya daging atau lidah sapi) yang disajikan dengan saus khas Padang menyerupai kuah kari  yang kaya rempah. Ketika berkesempatan mengunjungi beberapa daerah saya mulai mengenal berbagai jenis sate ada sate Lilit khas bali, sate Marangi khas Jawa Barat dan sate Rembiga di Lombok.

Adalah Sate Merah yang sudah 3 tahunan ini memperkaya kuliner sate di Yogyakarta. Dari hasil uji coba meracik resep-resep sate nusantara, Bapak Fabian Budi Seputro yang bukan master chef ini bersama Bapak Nanang rekannya menciptakan Sate Merah. 

Terinspirasi dari Sate Rembiga Lombok, tempat Bapak Nanang berasal, dan resep sate dari Banjarmasin, kedua paduan inilah yang kemudian menjadi base bumbu Sate Merah. Sate Merah tidak disajikan dengan saus apa pun dan sangat pas jika disantap selagi masih anget. Daging ayamnya dibakar matang sempurna, empuk dan jika ada bagian yang gosong pun tidak terlalu terasa pahit.  

Teksturnya sangat juicy saat digigit, belum lagi perpaduan sempurna rasa pedas manis gurih. Beberapa detik mengingatkan pada rasa sate Rembiga, tetapi sesaat kemudian muncul rasa gurih yang sangat ringan. Aaahh otak dan lidah jadi sangat kacau kalau begini.

Sate Merah sangat serasi disajikan bersama sepiring nasi, tidak lupa ditemani sup/kuah kaldu. Haa sup? Kuah kaldu? Yup benar. Memang tidak seperti sate pada umumnya yang hadir dengan irisan bawang atau pun saus kacang. 

Awalnya tidak biasa menyantap tusukan sate sambil menyeruput kuah kaldu bergantian. Kuah kaldu panasnya terasa menyegarkan saat masuk ke mulut bersama dengan sesendok nasi dan potongan daging sate merah. Memang benar ada rasa yang berbeda. Entahlah apapun rasanya yang pasti ini sedap sekali. Cukup sudah membuat perut kenyang di saat makan siang atau makan malam

sate-kulit-5d15bf850d82302313320592.jpg
sate-kulit-5d15bf850d82302313320592.jpg
Hampir tertipu dengan penampilan Sate Kulit, sepintas lalu penampilannya hampir menyerupai Sate Merah. Mengkilat merah merona dengan ada beberapa bagian yang gosong menandakan sate dibakar dengan tingkat kematangan yang pas. 

Tidak disangka kulitnya tebal dan juga juicy, bumbunya remasuk sempurna. Perpaduan pedas manis dan gurihnya memang susah dikatakan. Tidak sabar rasanya segera menyantap, ya kenikmatan sate kulit ini memang punya nilai lebih jika dimakan saat masih panas.  

Sama dengan Sate Merah, Sate Kulit juga tidak ditemani saus apa pun dan lebih cocok disajikan sebagai gadon (lauk yamg dimakan tanpa nasi). Cukup dalam hitungan menit saja, seporsi Sate Kulit sudah ludes.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun