Mohon tunggu...
Dian Kurniati
Dian Kurniati Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran

Nutrisi dan Pangan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Food Waste dan Upaya Meminimalisir dari Sektor Rumah Tangga

17 Februari 2024   19:46 Diperbarui: 17 Februari 2024   19:47 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Limbah makanan dari sektor rumah tangga

Food waste telah menjadi isu global yang sangat penting mengingat pengaruhnya yang tidak saja berdampak terhadap perekonomian dan pangan dunia akan tetapi juga terhadap lingkungan. Berdasarkan Food Waste Index Report 2021, dunia menghasilkan sekitar 931 juta ton limbah sampah/tahun dimana kontribusi terbesar berasal dari limbah rumah tangga sebesar 569 jutan ton/tahun dan sisanya berasal dari sektor jasa makanan (224 juta ton) dan ritel (118 juta ton). Nilai tertinggi untuk limbah makanan tercatat di dua negara dengan populasi penduduk tertinggi didunia yaitu Cina yang menghasilkan sekitar 91,6 juta ton dan diikuti oleh India pada peringkat kedua dengan nilai 68,8 juta ton.

Masih berdasarkan Food Waste Index Report 2021 mengenai total food waste di negara-negara ASEAN pertahun, Indonesia menjadi negara dengan produksi sampah makanan terbanyak di asia tenggara diikuti oleh Filipina dan Vietnam pada peringkat kedua dan ketiga. Total sampah makanan di Indonesia mencapai 20,93 juta ton. Kontribusi terbesar berasal dari limbah makanan rumah tangga. Buah dan sayuran menjadi sektor pangan yang paling banyak berkontribusi pada pemborosan rantai makanan.

Food waste menjadi masalah pangan yang penting karena beberapa alasan:

Sumber daya alam terbuang sia-sia

Limbah makanan juga mempengaruhi lingkungan karena sumber daya alam seperti energi, air dan bahan bakar digunakan pada produksi makanan. Dalam hal ini bukan hanya makanan yang dibuang akan tetapi sumber daya yang digunakan juga akan terbuang sia-sia.

Kontribusi terhadap global warming

Sebagian besar makanan yang dibuang berakhir di tempat pembuangan sampah dan lama-kelamaan hal ini dapat berkontribusi pada perubahan global warming yang juga menjadi isu besar dunia. Ketika limbah makanan dibawa dan terakumulasi di tempat pembuangan sampah, sampah akan membusuk dan selama proses itu terjadi, gas-gas greenhouse akan diproduksi. Gas karbon dioksida dan metana adalah tipe gas greenhouse yang dapat dihasilkan dari food waste dimana gas metana 25 kali lebih berbahaya daripada karbon dioksida.

Pemanfaatan lahan yang tidak optimal 

Berkurangnya kebermanfaatan lahan dan tanah yang banyak digunakan untuk penyimpanan sampah yang menumpuk. Selain itu, Indonesia masih belum maksimal dalam mengelola atau memusnahkan sampah nasional.

Pengaruh terhadap biaya produksi

Biaya untuk memproduksi makanan yang tidak dimakan mempengaruhi petani, pemilik bisnis serta perekonomian konsumen. Sebagai contoh, konsumen dihadapkan pada pengeluaran biaya makanan dan kehilangan uang yang lebih tinggi ketika makanan dirumah menjadi basi atau dibuang sebagai sampah piring.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun