Mohon tunggu...
Diamar Pipit
Diamar Pipit Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Fenomena-fenomena Kenakalan Remaja di Era Globalisasi

23 April 2018   22:52 Diperbarui: 24 April 2018   09:50 5822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masa remaja merupakan masa dimana seseorang mulai tumbuh dari masa kanak-kanak menuju masa penemuan jati diri, dimana pada saat-saat seperti itulah biasanya para remaja akan bertingkah sembarangan tanpa memikirkan akibat apa yang akan terjadi dari perbuatannya tersebut. Sering kali dengan kelakuan sembarangannya itu para remaja mendapatkan masalah yang tidak sepele. 

Fenomena yang sedang terjadi belakangan ini di berbagai belahan dunia, Ice Bucked Challenge misalnya, permainan menyiram satu ember penuh yang berisikan air es dan kerikil-kerikil es ke kepala lawan atau kepala sendiri bertujuan untuk bersenang-senang, padahal permainan semacam itu akan sangat membahayakan kesehatan bahkan dapat menyebabkan kematian.  

Atau misalnya  Duct Tape Challenge, dimana permainan ini merupakan prank yang dilakukan untuk menjahili temannya demi mendapatkan sebuah kesenangan dari permainan tersebut, awalnya salah seorang remaja (korban) dibawa kesuatu tempat yang sepi, kemudian korban itu dikat di sebuah kursi dengan balutan lakban yang sangat erat dan juga mulut korban akan di tutup dengan lakban pula, kemudian remaja-remaja lainnya akan merekam reaksi korban yang berusaha untuk melepaskan dirinya. Serta masih banyak challenge lain yang sebenarnya sangat membahayakan dan dapat menyebabkan kematian, permainan-permainan ekstrim yang sebenarnya sangat berbahaya merupakan sebuah bukti betapa payahnya generasi remaja kita saat ini.

Dengan adanya kecanggihan teknologi di era globalisasi ini, tidak dimanfaatkan dengan cukup baik oleh para kaula muda. Terdapat banyak sekali youtuber muda di Indonesia sendiri misalnya, yang sama sekali tidak memanfaatkan globalisasi itu dengan baik yang mana mereka justru membuat video-video tutorial atau semacamnya yang diadaptasi dari budaya luar yang bisa diakses kapanpun, dimanapun, dan oleh siapapun dan itu akan berdampak semakin buruk untuk generasi remaja selanjutnya. 

Seperti yang dilakukan oleh seorang  youtuber cantik Ria Ricis misalnya, dalam sebuah video yang diunggah dalam akun youtube yang dimilikinya, Ricis, begitulah sapaannya membuat para netizen geram, sebab dalam videonya tersebut Ricis membuang banyak mainan squishy ke toilet. Banyak netizen yang geram dengan hal yang dilakukan Ricis tersebut, meskipun setelahnya Ricis segera membuat klarifikasi mengenai videonya tersebut dan komentar-komentar buruk yang ditujukan kepada dirinya.  

Terlepas dari semua itu, saya sendiri sebagai salah seorang pemudi Indonesia sangat menyangkan apa yang telah Ricis lakukan di video tersebut, untuk sebagian orang mungkin tindakan yang dilakukan Ricis dalam videonya itu merupakan hal yang sah-sah saja, akan tetapi itu merupakan suatu tindakan yang mubazir meskipun dalam klarifikasi Ricis mengatakan bahwa squishy yang dibuangnya ke toilet ia ambil lagi setelahnya. Membuang squishy ke toilet dengan tidak ada maksud apapun hanya untuk kesenangan semata adalah hal yang sangat sia-sia tidak ada faedahnya sama sekali dan tidak ada gunanya juga bila dicontoh. 

Juga dengan yang dilakukan oleh Cassandra Lee, remaja cantik berdarah Indonesia -- Perancis itu dinilai terlalu berani dalam hal gaya berpacaran. Remaja berusia 17 tahun itu kerap kali memposting aktivitas dengan kekasihnya berupa video-video atau foto-foto yang dinilai terlalu mesra dan tidak pantas untuk dilakukan pada remaja seusianya. Sangat disayangkan sekali, dengan didukungnya kecanggihan iptek yang terus berkembang di Indonesia justru malah membuat semakin banyaknya bad influence di Indonesia.

Pembentukan jati diri pada saat remaja seharusnya bisa dilakukan dengan sebaik mungkin dengan kegiatan yang baik pula yang mana nantinya hal itu akan membentuk kepribadian, moral, sikap yang baik untuk remaja itu sendiri. Akan tetapi gaya berpacaran remaja di Indonesia saat ini yang semakin  mecolok membuat polemik bagi para pengamat masyarakat, psikolog dan juga pastinya orang tua. 

Pada saat ini di era globalisasi yang penuh dengan keluar masuknya budaya luar dengan cepat dan bebas membuat para tokoh masyarakat dan orang tua dihadapkan pada suatu kejadian siaga 1, dimana para remaja di Indonesia sudah banyak sekali yang melakukan kegiatan diluar batas normal dan menimbulkan banyak masalah bagi dirinya sendiri maupun orang lain. 

Bukan hanya itu, kasus lainnya seperti penyalahgunaan narkoba, kasus kekerasan, bullying, dan pelecehan seksual yang dilakukan oleh remaja di Indonesia membuat negara Indonesia yang kita cintai ini semakin bobrok dan memprihatinkan. Menurut BNN (Badan Narkotika Nasional, 2017) Sekitar 27,32 persen pengguna narkoba di Indonesia berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa. 

Dilansir dari Bersosial.com, terdapat fakta yang dapat membuat kita tercengang yakni mengenai aktifitas seks bebas remaja indonesia yang dilakukan sejak usia 16 tahun. Dari empat kota yang disurvei langsung oleh para tim peneliti, ada 44% dari para wanita yang mengakui jika mereka sudah tidak perawan karena pernah mengalakukan seks bebas (berhubungan intim) dan yang parahnya lagi 16% dari responden mengakui jika ia melakukannya di kisaran usia 13 tahun sampai 15 tahun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun