Mohon tunggu...
Oedin Only
Oedin Only Mohon Tunggu... Administrasi - Pemberdaya dan Petani

Berkeseharian dengan Desa dan Petani | Berutinitas dalam Pemberdayaan Penyuluh, Pelaku Utama dan Pelaku Usaha | Menyenangi Opini, Analisis dan Literasi | Ingin Berfocus Sebagai Penggiat Analisis Politik Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Berkelas Global | Juara I Lomba Blog KPK 2012

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Duhai Para Guru Menulis Yuk!

21 November 2014   20:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:12 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1416549525530016980

[caption id="attachment_377054" align="aligncenter" width="300" caption="sumber foto : norahmansmp33.wordpress.com"][/caption]

Guru mengajar itu biasa, guru menulis mungkin biasa juga, tapi kalo guru rajin menulis opini, karya tulis, tips mengajar atau belajar, motivasi, resume materi plus contoh-contoh mudah nan sederhana, atau mungkin cerita tentang proses hidupnya sehingga menjadi guru, tentang murid-murid juaranya, wah menurut saya itu baru luar biasa.  Walaupun ada, masih jarang loh guru-guru yang melakukan demikian.  Saya pernah terfikir ketika masuk perpustakaan sekolah, terpampang jejeran buku-buku karangan guru di sekolah tersebut, karya tulis ilmiah, juga kliping tentang artikel yang ditulis guru yang dimuat media lokal atau nasional, kerenkan ? selain membanggakan, mengharumkan nama guru dan sekolah, guru dapat honor tulisan, juga tentunya menjadi nilai plus bagi guru tersebut membagikan ilmunya lewat tulisan, bonusnya bila tulisan masuk kategori bisa menambah angka kredit untuk sertifikasinya.

Saya juga terfikir ketika siswa diminta nyari tugas pelajaran, dia search di google, dia ketik keyword materi yang dicari, dia klik, ternyata blog guru-gurunya atau blog sekolah  yang tampil di layar laptop atau personal computer, alias menjadi top ranking google, waw keren banget kan ?  Semua keperluan terkait tugas itu tersedia komplit. Saya juga sadar sih, anggaran pendidikan yang minim belum memungkinkan semua sekolah di Indonesia mengakses internet, jangankan internet, laptop aja mungkin sulit diperoleh, jangankan laptop, listrik aja mungkin belum nyampe, jangankan listrik, bangunan sekolahnya pun bisa jadi belum layak huni.  Namun, apakah alasan itu layak digunakan untuk tidak menulis ? Menurut saya menulis tak mesti pakai laptop, PC , tablet atau smartphone.  Menulis dengan mesin tik, menulis dibuku tulis saja, juga bisa.  Yang penting istiqomah, mau mengevaluasi, mau memperbaiki, mau melanjutkan menulis lagi.  Saya sedih saja, ketika kelengkapan dan daya dukung untuk menulis tersedia lengkap dan canggih di sekolah, namun ada saja sebagian guru yang masih enggan memanfa’atkannya untuk menghasilkan banyak karya berupa tulisan.

Saya menduga, seorang guru yang enggan atau mungkin malas menulis lebih dominan disebabkan oleh mindset.  Mindset menulis sulit, menulis buang-buang waktu, sok sibuk, dan alasan klise lainnya yang mudah terbantahkan.  Memang benar, walaupun menulis menjadi tuntutan profesi bagi seorang guru, bila hanya bermodal keinginan biasanya aktivitas menulis cendrung angin-anginan, kadang menulis kadang tidak atau bahkan tidak menulis sama-sekali.  Beda halnya bila menulis menjadi kebutuhan bagi seorang guru, dia akan merasa rugi bila tidak menulis.  Mindset negatif bisa dirubah dengan mindset positif, bisa jadi dengan teori pembiasaan : DIPAKSA – TERPAKSA – BIASA.  Menulis adalah keterampilan, bisa dipelajari, bila ingin terampil harus sering melakukan dan mengalami.

Bagi seorang guru kreatif, menulis itu penting sekali, selain bisa menjadi kesenangan juga bisa menjadi wahana pembelajaran yang menyenangkan siswa.  Kenapa tidak ? seorang guru bisa membuat media pembelajaran yang menarik dengan tulisan, misal guru bikin komik (tulisan bergambar), guru bikin puisi, cerpen, cerbung, bikin buletin, dll.  Bila memperhatikan mading sekolah, jarang sekali di sana ada tulisan dari guru, kebanyakan bahkan mayoritas dari siswa semua (atau comotan dari internet), padahal seorang guru kan bisa juga menyumbangkan tulisannya untuk dipajang di mading.

Seorang guru juga bisa mendorong siswa agar lebih aktif mengakses hal-hal positif di internet, misal seorang guru menuliskan tugas pelajaran di blog pribadinya, dan meminta para siswa untuk mengakses blog tersebut dan mengerjakan tugas yang ada di sana. Bisa juga seorang guru menyampaikan bahwa, tambahan dari materi pelajaran hari itu dan contoh-contohnya yang sederhana bisa diakses diblog pribadi sang guru.

Seorang guru kreatif juga bisa meminta siswanya untuk menulis, menceritakan apa yang dia tidak senangi dari pelajaran saat itu, kendala apa yang dihadapinya, serta apa keinginan dan harapannya agar pelajaran menarik dan tidak membosankan.  Tulisan para siswa tersebut bisa menjadi masukan berharga bagi sang guru, agar bisa lebih meningkatkan pelayanan dalam mengajar, bisa juga menjadi bahan tulisan menarik yang bisa diposting di blog pribadi.

Tulisan seorang guru bahkan bisa menjadi sanksi edukatif bagi siswa yang melanggar peraturan.  Misal, ada siswa yang sering bolos.  Seorang guru bisa memberikan sangsi kepada siswa tersebut dengan sangsi yang lebih mendidik, seperti si siswa diminta untuk membaca tulisan sang guru diblog pribadinya tentang cerita orang yang senang membolos dan dampak buruknya, kemudian si siswa diminta menulis resumnya, lalu diminta untuk menyampaikan isinya dengan cara bercerita kepada siswa lain di depan kelas, ini akan menjadi sangsi moral yang membekas (asyik bukan ?)

Seorang guru juga bisa menuliskan proses siswanya hingga dia menjadi juara kelas, menggali dan mendapatkan informasi pendukung dari siswa bersangkutan, kemudian menyajikannya di mading atau blog pribadi dalam reportase yang menarik.  Dengan tulisan itu, diharapkan siswa lain dapat mengambil pelajaran berharga, sehingga mereka termotivasi bahwa bila ingin menjadi juara kelas, harus berusaha dan siap menjalani proses-prosesnya.   Melalui tulisan juga, seorang guru dapat menumbuhkan kepekaan sesama bagi siswa-siswanya.  Misal menulis tentang seorang siswa yang ekonominya sulit, tapi belajarnya semangat bahkan berprestasi di sekolah.   Tulisan tersebut bisa menggugah para siswa untuk berbagi, mendorong untuk lebih bersyukur, dan memotivasi untuk lebih bersemangat belajar agar tidak kalah dari siswa tidak mampu tersebut.

Nah banyakkan manfa’atnya bila sang guru mau kreatif menulis.  Menarik apa yang disampaikan melalui  salah satu kegiatan Tanoto Foundation bahwa guru kreatif membentuk generasi emas Indonesia.  Tunggu apa lagi,  Duhai Para Guru Menulis Yuk !

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun