Mohon tunggu...
DIALOG PENDIDIKAN PPIM
DIALOG PENDIDIKAN PPIM Mohon Tunggu... Lainnya - Pendidikan, Motivasi, Inspiring Talks

Program Departement Pendidikan 2021

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Muridku, Berbeda

23 November 2021   13:36 Diperbarui: 23 November 2021   15:31 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

 Pernahkah anak-anak kita bercerita? bahwa satu dua temannya di sekolah masih kesulitan untuk berkomunikasi dengan kontak mata fokus, adanya cacat tubuh, kesulitan membaca atau menulis dan beberapa keluhan lainnya.  Mereka yang terhambat secara fisik, psikologis, kognitif atau sosialnya kerap sekali didefinisikan sebagai anak berkebutuhan khusus. 

Frieda Mangunsong dalam tulisannya di buku "Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus", (2009 : 4) mendefinisikan anak berkebutuhan khusus atau anak luar biasa adalah anak yang menyimpang dari rata-rata anak normal dalam ciri-ciri mental, kemampuan-kemampuan sensorik, fisik dan neuromuskular, perilaku sosial dan emosional, kemampuan berkomunikasi, serta memerlukan modifikasi dari tugas-tugas sekolah, metode belajar atau pelayanan untuk pengembangan potensi. Bermacam-macam cara orang tua maupun anak-anak merespon keadaan tersebut. Tidak jarang dari mereka yang merespon kurang baik. Padahal, pada hakikatnya orang tua pasti tidak pernah mendambakan keadaan anak mereka seperti keadaan tersebut. Tetapi beginilah cara takdir dan kuasa Tuhan bekerja.

Di Indonesia, jumlah anak berkebutuhan khusus mencapai 1,6 juta menurut data terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2017 dan baru 18 persen yang mendapatkan layanan pendidikan inklusi. Pengertian pendidikan inklusi sendiri adalah, sekolah harus mengakomodasi semua anak tanpa memandang kondisi fisik, intelektual, sosial emosional, linguistik atau kondisi lainnya menurut Hildegun Olsen (Tarmansyah 2007;82). Dari data tersebut, bisa diartikan di Indonesia anak berkebutuhan khusus belum memperoleh perhatian yang proporsional. Meski begitu, beberapa lembaga sudah mulai peduli dan mau berkecimpung dengan isu ini. Salah satunya adalah, Lembaga Pendidikan Anak Emas di Denpasar. Lembaga pendidikan ini sudah berkecimpung cukup lama dalam menangani anak berkebutuhan khusus.

Lembaga Pendidikan Anak Emas yang terletak di Jalan Buana Raya 99x ini sudah berumur hampir 23 tahun, Dalam perjalanan mendidik anak-anak bangsa pastinya banyak kendala dan pelajaran yang didapat sehingga sekolah ini masih ada dan tetap eksis juga masih dipercaya oleh masyarakat hingga saat ini.

Pada kesempatan beberapa waktu lalu penulis sempat berbincang singkat dengan Ibu Rahmani sebagai Ketua Yayasan Anak Emas dan juga sebagai seorang asesor paud di tingkat nasional mengenai potret hidden genius di sekolah inklusi. Berangkat dari salah satu ayat dalam surah An Nisa ayat 9 yang mengatakan:  "Dan hendaklah takut kepada Allah, orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan generasi yang lemah di belakang mereka". 

Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal satu menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang bermutu. Yayasan Anak Emas memiliki langkah mulia untuk memberikan layanan kepada anak berkebutuhan khusus ini. Dalam kiprah selanjutnya pemerintah setempat melabeli Anak Emas sebagai sekolah inklusi. "

Memangnya bisa ya, mereka yang autis belajar bersama anak reguler?". Penulis yakin pertanyaan seperti ini sudah bergelantungan di benak pembaca pada saat ini. Maka jawaban yang tepat adalah sangat bisa. Ini dibuktikan dengan beberapa prestasi anak kebutuhan khusus di Anak Emas yang bisa menghafal Al Quran juz 30/ Juz Amma saat di sekolah dasar. Mereka (hidden genius) bisa berbaur dan berinteraksi dengan baik bersama teman-temannya yang reguler dan merasa diterima dengan segala keadaan fisik dan intelektual mereka. 

Bahkan pada bincang-bincang dengan Ibu Ani, demikian panggilan akrab Ibu Rahmani,  juga membeberkan bahwa pada suatu waktu, ketika KBM berlangsung di kelas, ada salah satu siswa hidden genius yang mencatat dengan sangat detail penjelasan mengenai pelajaran yang dipaparkan oleh guru dari awal sampai akhir. Tidak hanya itu ketika dia membaca dia bisa dengan cepat mengingat halamannya. 

Hal-hal tersebut membuktikan bahwa, anak-anak hidden genius sangat mampu dan bisa bersaing serta layak belajar bersama dalam satu lingkungan belajar di sekolah. Dalam hal ini tentunya siswa hidden genius saja yang merasakan dampak positifnya, tetapi siswa yang reguler pun dipastikan merasakan hal yang sama. Dengan berteman atau menjalin persahabatan dengan anak yang notabene nya 'beda' dengan mereka, mereka akan lebih berempati serta ter-edukasi lebih dini terkait anak2 hidden genius dan semakin paham bahwa perbedaan adalah bukan hal yang buruk, tetapi cara untuk menghargai dan mengapresiasi satu sama lain.

"Yayasan Anak Emas ini kan sekolahnya manusia", demikian Ibu Ani, berujar singkat dalam wawancaranya. Apa yang dimaksud dengan sekolahnya manusia, adalah bahwa apapun keadaan siswanya selama bisa dan mau mengikuti KBM sekolah, gerbang Anak Emas akan selalu terbuka lebar. Adapun dengan penyebutan sekolahnya manusia, guru-guru yang mengajar pun pasti gurunya manusia. Tidak ada dalam sejarahnya seorang guru membanding-bandingkan ataupun menilai rendah siswanya. Karena sejatinya, guru-guru di lembaga ini sudah terbiasa memahami dan menangani berbagai kelebihan siswa, tidak hanya dalam bidang akademik.

Dengan demikian tidak ada siswa bodoh pada Anak Emas; dan sudah dipastikan guru-guru tersebut adalah guru-guru yang ikhlas, sabar, telaten, dan kompeten serta mau belajar. Adapun guru-guru yang melayani anak hidden genius pada Anak Emas, disebut shadow teacher. Adalah merupakan sebuah keharusan juga bagi guru-guru yang lainnya (selain shadow teacher) untuk memahami konsep mengajar serta kurikulum pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus. Maka bisa disebut guru-guru inilah guru-guru luar biasa yang mencetak anak-anak  luar biasa pula. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun