Mohon tunggu...
Diajeng Ayu Putri Sukandi
Diajeng Ayu Putri Sukandi Mohon Tunggu... Lainnya - I love my self

being mature enough to write

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Bukan Agama, Tapi Kemanusiaan

14 Februari 2018   21:13 Diperbarui: 14 Februari 2018   21:23 835
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Teror adalah sebuah kegiatan untuk menimbulkan ketakutan yang intens atau seseorang atau hal yang sangat menyebalkan atau tidak menyenangkan. Berdasarkan definisi tersebut, tentu dapat diketahui bahwa tujuannya adalah untuk menjadikan orang takut, cemas dan tidak berani.

Lantas kita beralih ke agama. Agama merupakan seperangkat keyakinan tentang penyebab, sifat, dan tujuan alam semesta, terutama bila dianggap sebagai penciptaan lembaga atau agensi super manusia, biasanya melibatkan ibadah renungan dan ritual, dan seringkali mengandung kode moral yang mengatur perilaku urusan manusia. Tujuannya adalah untuk menjadikan hidup manusia lebih baik.

Hal yang sangat lucu ketika segala hal terkait teror dikaitkan dengan agama. Agama (bagi yang mempercayainya) menjadikan hidup orang lebih teratur. Moral manusia menjadi lebih baik berkat agama, karena segala nilai moral aturan di dalamnya.

Maka akan sangat tidak masuk akal jika dua hal itu disamakan. Namun, lain halnya jika teror itu dikaitkan dengan rasa kemanusiaan. Kemana rasa kemanusiaan seorang peneror, ketika dia melakukan aksi teror?

Kegiatan penyerangan dan semacamnya seharusnya lebih cocok dikatakan sebagai degradasi kemanusiaan daripada aksi teror. Manusia menyerang manusia lain atau manusia meneror manusia lain. Bukankah itu tidak manusiawi. Tombol otomatis itu harusnya tertuju pada rasa kemanusiaan ketika teror, perang, atau penyerangan terjadi.

Pemeran utama di sini seharusnya rasa kemanusiaan, bukan teror. Fokus utama di sini juga bukan tentang masalah tingginya intoleransi, tapi masalah tipisnya rasa kemanusiaan antar sesama. Setinggi apapun intoleransi, jika rasa kemanusiaannya tinggi, maka bukan tidak mungkin hal semacam teror dan penyerangan itu bisa dihindari.

Semua orang pasti tahu, bahwa tidak mungkin agama mengajarkan hal yang buruk. Agama apapun pasti melarang umatnya untuk berbuat buruk. Dalam skenario terburuk pun, agama melarang umatnya untuk membunuh. Pasti, semua agama dan keyakinan selalu memupuk nilai kemanusiaan, saling menghormati dan menghargai atar manusia. Hanya mereka yang dangkal pengetahuan yang akan berbuat tidak baik.

Oleh karenanya, mari kita berkaca pada diri sendiri. Seberapa tinggi jiwa kemanusiaan kita, sehingga kita bisa tidak menyulut bara atas segala yang terjadi. Pun halnya dengan media. Menjadi media yang lebih manusiawi, yang selalu memberikan solusi dan menjadi penengah, akan lebih baik daripada menjadi media yang provokatif dan sebelah mata.

Editor: Laksmiworo Kaniraras (150905792)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun