Untuk sebagian orang, kata filsafat mungkin terdengar berat, ribet, atau cuma buat yang doyan mikir keras. Zaman sekarang, filsafat jadi cara seru buat menggali makna hidup, nilai, dan kebenaran, bukan cuma teori aja. Pernah nggak sih kamu bertanya: "Kenapa sih aku hidup?", "Aku ini siapa?", atau "Kok dunia gini amat sih?" Nah, selamat datang di dunia filsafat! Buat Gen Z yang sering overthinking, ternyata itu bisa jadi pintu masuk ke pemahaman hidup yang lebih dalam (dan nggak cuma bikin galau doang). Filsafat bukan sekadar teori njelimet, tapi cara berpikir yang bikin kita makin sadar, kritis, dan rasional. Di tengah dunia yang serba cepat, penuh distraksi, dan banjir informasi, filsafat ngajarin kita untuk slow down dan mikir lebih dalam. Bukan buat sok-sokan, tapi biar kita bisa ngambil keputusan lebih bijak dan nggak gampang di gaslight.Â
Apa Itu Filsafat?
Filsafat itu sebenarnya cara kita mikir lebih dalam tentang hidup, bukan cuma mikir apa yang terjadi, tapi juga kenapa bisa terjadi, dan gimana kita harus menyikapinya. Jadi, filsafat ngajarin kita buat gak asal nerima sesuatu, tapi ngerti alasannya, nyusun pandangan hidup yang jelas, dan lebih bijak dalam menghadapi apa pun.
Filsafat juga ngajarin kita buat melihat segala hal dari banyak sisi. Misalnya, waktu kita mikir soal kebahagiaan, keadilan, atau kebenaran, filsafat bantu kita gali makna yang lebih dalam, bukan cuma berdasarkan perasaan atau omongan orang lain.
Makanya, bisa dibilang filsafat itu ilmu yang bikin kita lebih sadar, lebih kritis, dan gak gampang dibohongi. Karena di balik semua pertanyaan rumitnya, filsafat ngajarin kita buat jadi manusia yang lebih mikir dan lebih ngerti hidup.
Filsafat menurut pandangan para tokoh:
- Menurut Aristoteles, filsafat itu bukan sekadar mikir rumit. Bagi dia, filsafat adalah "ilmu paling dasar" yang jadi pondasi dari ilmu lainnya mulai dari etika, logika, politik, seni, sampai cara kita hidup sehari-hari. Filsafat membantu manusia memahami hal-hal penting dalam hidup yang gak kelihatan, tapi sangat terasa. Filsafat adalah ilmu yang tidak bisa dilihat oleh mata, tapi bisa dirasakan lewat cara berpikir, keputusan, dan nilai-nilai hidup yang kita pegang. Filsafat itu gak berbentuk, tapi dampaknya nyata dalam cara kita berpikir kritis, bersikap bijak, dan mencari makna hidup. Bagi Aristoteles, manusia adalah makhluk berpikir. Lewat filsafat, manusia bisa mencari tahu jati diri, tujuan hidup, dan gimana caranya menjalani hidup yang baik. Jadi, meskipun kelihatan "abstrak", filsafat justru dekat banget dengan realita dan keseharian kita.
- Menurut Cicero, filsafat itu bukan cuma teori tinggi yang bikin pusing. Menurut dia, filsafat adalah kebijaksanaan dan kebajikan. Artinya, filsafat itu ngajarin kita buat hidup pakai akal sehat dan hati nurani. Dalam pandangan Cicero, filsafat punya tugas penting yaitu, memahami hukum alam yang berlaku untuk semua manusia, dan menjadikannya dasar buat keadilan dan moral. Dia juga nyebut filsafat sebagai "ibu segala ilmu". Maksudnya, semua ilmu pengetahuan yang sekarang kita pelajari, mulai dari sains, matematika, sampai hukum itu awalnya muncul dari cara berpikir filosofis. Dalam bukunya Tusculanae Disputationes, Cicero ngejelasin kalau filsafat seharusnya nggak cuma dipikirin doang, tapi juga diterapin dalam kehidupan nyata, apalagi buat kepentingan masyarakat dan hukum yang adil. Bagi Cicero, hidup yang baik itu bisa dicapai lewat akal sehat dan tindakan yang penuh kebajikan. Jadi, filsafat bukan sekadar mikir yang rumit-rumit, tapi cara buat jadi manusia yang lebih baik dan berguna buat orang lain.
- Descartes adalah filosof yang terkenal karena mencari kebenaran menggunakan logika dan akal, bukan cuma percaya gitu aja sama apa yang dia lihat atau denger. Dia mulai dari meragukan segalanya, bahkan realitas hidupnya sendiri buat nyari sesuatu yang bener-bener pasti. Nah, dari situlah muncul quotes legendarisnya "Aku berpikir, maka aku ada" (Cogito ergo sum). Artinya, satu-satunya hal yang nggak bisa diragukan adalah fakta bahwa dia lagi mikir. Bagi Descartes, berpikir itu bukti keberadaan kita. Dia juga ngebangun filsafat dengan dasar akal sehat dan cara berpikir logis, bukan asal percaya tradisi atau otoritas. Jadi menurut dia, pengetahuan sejati itu lahir dari keraguan yang mendalam dan pemikiran rasional yang bener-bener jernih.
- Immanuel Kant memandang filsafat sebagai dasar dari seluruh ilmu pengetahuan. Menurutnya, filsafat bukan hanya tentang berpikir rumit, tapi tentang memahami batas-batas pengetahuan manusia dan bagaimana kita bisa bertindak secara benar. Immanuel Kant membagi filsafat ke dalam empat pertanyaan penting:
1. Apa yang bisa saya ketahui? (terkait dengan metafisika dan teori pengetahuan)
2. Apa yang harus saya lakukan? (berkaitan dengan etika dan moralitas)
3. Apa yang bisa saya harapkan? (menyangkut agama dan harapan hidup setelah mati)
4. Apa itu manusia? (inti dari semua pertanyaan di atas)
Baginya, filsafat adalah cara manusia untuk memahami dunia secara rasional dan membuat keputusan moral berdasarkan akal sehat, bukan sekadar perasaan atau kebiasaan. Dalam karyanya Critique of Pure Reason, Immanuel Kant menegaskan bahwa ilmu pengetahuan hanya bisa berkembang jika didasarkan pada struktur berpikir manusia itu sendiri.
Filsafat menurut Immanuel Kant juga mendorong manusia untuk berpikir secara mandiri seperti dalam semboyannya yang terkenal "Sapere aude!" atau "Beranilah berpikir sendiri!".
Kesimpulannya:
Filsafat bukan cuma soal teori ribet atau mikir keras yang nggak ada ujungnya. Justru sebaliknya, filsafat ngajarin kita untuk berpikir kritis, sistematis, logis, dan mendalam. Seperti kata Kattsoff (1963), filsafat adalah proses berpikir yang kritis, sistematis, menghasilkan sesuatu yang runtut, rasional, dan komprehensif buat nyari tahu hakikat segala sesuatu. Â Jadi, jangan takut pusing duluan pas denger kata filsafat. Justru di situlah kita dilatih untuk jadi manusia seutuhnya yang nggak cuma ikut arus, tapi berani bertanya, meragukan, dan mencari makna. Di tengah banjir informasi, hoaks, dan opini liar di media sosial, filsafat ngajarin kita mindset skeptis tapi terarah, nggak gampang percaya, tapi juga nggak asal nolak. Cocok banget buat Gen Z yang sering mikir out of the box, tapi tetap butuh fondasi yang kuat buat memahami hidup, diri, dan semesta. Buat Gen Z yang kepo banget sama makna hidup, keadilan, atau bahkan kepo sama jawaban dari pertanyaan "gue ini siapa dan ngapain di dunia?", filsafat bisa jadi temen ngopi yang asyik buat diajak mikir bareng.
Next time jika kamu overthinking soal hidup, mungkin itu sinyal kalau kamu siap jadi filsuf muda. Tapi inget, bukan cuma mikir, tapi juga ngerti apa yang dipikirin.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI