Mohon tunggu...
Sulis
Sulis Mohon Tunggu... Forest and Species Campaigner -

Bekerja untuk kelestarian hutan dan mahluk yang tinggal di dalamnya. Semua mahluk berhak untuk hidup dan mendapat "rumah" yang layak.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Euforia di Evora

4 Desember 2015   17:20 Diperbarui: 4 Desember 2015   18:08 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

[caption caption="Salah satu reruntuhan kerajaan Romawi Kuno, Kuil Diana di Evora, Portugal"][/caption]Hup! Jantung ini terasa mau copot, terengah-engah, sebentar-sebentar berhenti ambil kesempatan mengambil jatah oksigen, keringat pun mengalir dengan derasnya di hawa panas Evora. Terlebih, koper seberat 21 kilogram menjadi beban yang lumayan menantang di jalanan yang menanjak. Belum lagi jalanan itu berbatu-batu cobble, khas kota tua negara-negara Eropa. Padahal menurut email yang diberikan oleh empunya penginapan, lokasi penginapan dapat dicapai 12-20 menit jalan kaki dari terminal bus. kami hanya bisa tersenyum dan bergumam kepada diri sendiri, “Selamat datang di Evora!”. Evora mungkin kurang akrab di telinga kita ketika membicarakan Portugal. Lisbon, ibu kota Portugal, jauh lebih terkenal. Meski demikian, Evora, merupakan salah satu destinasi pariwisata populer di Portugal.

Ciri khasnya adalah peninggalan romawi kuno. Sangat terasa atmosfer kota tuanya sebab dikelilingi oleh dinding batu khas kota tua, berwarna kuningkecokelatan dengan salah satu pintu gerbang yang terkenal Porta do Raimundo dan sebagai gerbang utama. Tak heran tempat ini ditahbiskan sebagai salah satu situs warisan dunia (world heritage site) oleh UNESCO. Karena merupakan warisan dunia, tata letak dan bentuk bangunan di dalam dinding tidak boleh diubah. Bangunan di dalam dinding, bentuknya dan warnanya sama. Bangunan terbuat dari batu dan dicat berwarna putih. Di setiap bangunan terpampang pengumuman bahwa itu adalah bagian dari warisan dunia. Rumah-rumah di sini tak seperti kebanyakan rumah di indonesia, segala tempat diperhitungkan fungsinya, dan sangat sempit. Satu bangunan rumah biasa, terdiri dua bagian rumah, biasanya satu gedung dimiliki oleh dua keluarga, bagian atas dan bawah. Satu bagian terdiri dari dua kamar, satu ruang keluarga, dapur sekaligus ruang makan, cuci piring. Di bagian loteng ada ruang untuk mesin cuci dan menjemur.

Tiap ruang dimaksimalkan. Tentu saja, rumah-rumah itu bukan tujuan utama. Setelah sampai di hotel, kami langsung mengarahkan pandangan ke satu bangunan yang menawan, Templo Diana. Kuil untuk Dewi Diana ini berbentuk kotak dengan enam pilar, merupakan peninggalan reruntuhan Roma. Beberapa sumber informasi menerangkan, kuil ini dihubungkan dengan dewi-dewi dan juga ditujukan untuk Jupiter (dewa tertinggi dalam mitologi Roma). Diana sendiri merupakan dewi bulan, perburuan, dan persalinan—mirip dengan Artemis dalam mitologi Yunani. Mungkin itu menjelaskan alasan pilar-pilarnya diberi ornamentasi mirip bunga marigold, bunga matahari, dan mawar. Kuil ini dibangun pada sekitar satu abad sebelum Masehi.

Kami mengunjunginya berdekatan dengan peringatan 15 tahun meninggalnya Diana, Putri Wales itu. Kebetulan belaka? Siapa tahu. Jika tertarik dengan segala bentuk bangunan gereja, di sini Anda boleh bereuforia. Ada banyak sekali gereja. Paling bagus adalah Katedral Evora yang bergaya gotik. Letaknya berdampingan dengan kuil itu. Menariknya, bahasa lokal untuk gereja adalah ‘igreja’, mirip bahasa Indonesia, maklum beberapa kata dalam bahasa Indonesia memang penyerapan dari Portugis. Dengan tiket masuk sebesar 5 euro, Anda boleh masuk ke gereja hingga ke bangunan atas. Tangga untuk ke atas sangat sempit hanya cukup satu badan orang dewasa. Terjal pula, jadi harus berhati-hati. Jika berpapasan dengan orang dari bawah, salah satu harus mengalah. Namun rasa lelah itu terbayarkan ketika anda sudah mencapai lantai atas.

Pemandangan sangat indah. Kita bisa melihat ke seluruh wilayah Evora dan melihat lonceng gereja yang besar itu dibunyikan. Selain katedral ini, ada beberapa yang direkomendasikan, antara lain Santo antão, igreja da Graça, dan St. francesco. di katedral yang terakhir disebutkan ini, biasanya diadakan acara resital yang bisa kita datangi secara gratis. Santo Antão sendiri berdiri di dekat alun-alun yang punya daya tarik kota tua. Beberapa fasad gereja mengingatkan kami pada fasad Gereja St. Paul di Macau yang merupakan bekas teritori Portugal. Selain kuil dan gereja-gereja itu, salah satu monumen kota adalah aqueduct Agua de Prata. Merentang sepanjang 9 kilometer, bangunan ini membuat kami mengiranya peninggalan Romawi Kuno. Sangat mirip dengan aqueduct di italia. Namun, konstruksi ini ternyata didirikan pada 1531–1537 oleh Raja João iii. Tujuannya untuk menyuplai air ke kota. Kami pun jatuh hati pada satu lagi arsitektur kota ini.

Universitas Evora. Bangunan lama yang kental dengan simbol-simbol Katolik ini dahulu merupakan tempat belajar untuk para Yesuit. Kini, Ia menjadi universitas negeri. Kami sarankan, Anda juga mengelilingi dari  luar karena sangat indah, terutama di pagi hari. Anda menyusurinya sampai berakhir di ujung Agua de Prata. Di sana banyak kafe dan toko untuk dikunjungi. Banyak juga toko pakaian dari merek terkenal. Di saat kami menyangka kebudayaan Romawi Kuno merupakan penginggalan tertua Evora, kami terkejut mendapatkan informasi  tentang peradaban yang jauh lebih tua. Lokasi

itu disebut Cromeleque dos Almendres, terletak 15 kilometer dari pusat kota, destinasi ini merupakan kompleks megalitikum. Konstruksinya diperkirakan berdiri antara 4.000-3.000 SM dan baru ditemukan kembali pada 1966 oleh Henrique Leonor Pina. Monumen bebatuan besar ini diperkirakan bertujuan religius dan astronomis. Seperti penduduk Evora di era megalitik mengamati benda-benda langit, kami menengadah ke atas dan menyadari langit selalu biru di Evora. Sore itu, kami duduk menikmati jam-jam terakhir di cerahnya hari dengan kopi dan penganan-penganan khasnya. Kue khas Portugis yang paling terkenal adalah pastais de nata yang menyerupai pai. Sangat enak.

Evocative Evora

Perjalanan kami dimulai dengan transit di Paris, Prancis, untuk cap stempel visa. Biasanya, pesawat yang menuju Portugal transit di Paris. Jadi visa tidak dicek di Lisbon. Dari Bandara Internasional Lisbon untuk menuju terminal bus Sete Rios bisa menggunakan dua cara, naik taksi atau bus. Namun jika membawa koper berat, lebih mudah menggunakan taksi dengan ongkos sekitar 15 Euro. Semua taksi aman. Ada kejadian menarik ketika kami bertanya kepada petugas informasi, taksi mana yang saman dan bereputasi baik. Dengan wajah agak terhina, ia menjawab, semua taksi aman dan dijamin negara. Ah, kami menggunakan otak lokal ketika menanyakannya. Memang taksi di sini aman, sebab jika ada kejadian buruk dan kita melaporkannya, sanksinya izin kerja dicabut dan mereka tidak punya pekerjaan lagi, padahal Eropa sedang krisis.

Umumnya sopir taksi tidak paham bahasa Inggris, namun tinggal tunjukkan alamat yang kita ingin tuju dan mereka akan memasukkan data ke GPS. Sete Rios merupakan gerbang menuju luar kota Lisbon (ada 7 provinsi dan 18 daerah setara kabupaten). Perjalanan ke Evora memakan waktu 1 jam 45 menit. Jadwal bus bisa diakses di www.rede-expressos.pt. Evora juga bisa dicapai lewat kereta, namun tidak disarankan karena stasiun kereta dengan pusat turis agak jauh. Sesampai di terminal bus di Evora, berbeloklah ke kanan, Anda tinggal mengikuti dinding putih kuburan untuk menuju pintu gerbang historik yang bernama Porta do Raimundo. Nah dari situ jalanan terus menanjak menuju pusat kota. Sebagai salah satu destinasi wisata yang cukup terkenal, ada banyak pilihan hotel di Evora. Namun Anda harus cermat. Penginapan di Evora ada dua jenis, di dalam dan di luar dinding. Area di dalam dinding (maksudnya di dalam kota tua) dekat dengan berbagaiu objek turisme. Tarif hotel biasanya mulai sekitar 80 euro per malam. Anda juga dapat memilih tinggal di apartemen (cek www.homeinevora.com).

*Artikel ini telah dipublikasi di Majalah Esquire Indonesia Oktober 2012

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun