Saat pagi menjelang siang, menatap kosong di balik kaca tanpa bingkai. Kaca itu sengaja merambatkan cahaya matahari dalam ruang kelas. Udara perlahan-lahan mulai menggerahkan, di tengah keramaian ocehan-ocehan mahasiswa yang sedang jenuh menanti jarum pendek alaram menuju angka 10. Tiba-tiba Handphone di atas meja mengejutkan pemiliknya, pemiliknya yang bernama Dara. Seorang mahasiswi dari program studi PGMI yang sedang merapikan buku catatannya di akhir pembelajaran itu. Kini matanya membelalak dan deguk jantungnya berdetak dengan cepat setelah melihat nama dari sosok yang mengirimkan pesan kepadanya. Tangannya dengan sigap membuka pesan dari sosok ibu yang luar biasa sekaligus sosok pembuka pintu masuk bagi Dara untuk menyelesaikan tantangan dari Pak Meddyan, seorang dosen yang mengajar mata kuliah bahasa Indonesia. Pesan dari sang ibu berisi rangkaian kata yang terkesan sederhana tapi membuat hati Dara bahagia.
"Wa'alaikumussalam, Temui Ibu di fakultas sekarang ya!" Ujar Ibu Asiyah via WA.
"Baik bu, terima kasih atas kesempatannya." Jawab Dara sambil memberikan emoji senyum yang mewakili senyumannya di depan layar Handphonenya.
Dara sangat senang karena sang ibu memberikan kesempatan dan harapan bagi dirinya yang tengah menanti kesediaan waktu sang ibu untuk berbagi informasi dan pengalaman yang menginspirasi dari sosok petinggi nomor satu di kampus hijau. Sang ibu bernama Ibu Asiyah yang merupakan dosen Dara di semester II sekaligus sang istri dari Bapak Prof. Dr. H. Sirajuddin.
      Sembari menunggu bendungan langit kelam yang berisikan bulir-bulir air kehidupan membasahi aspal hitam dan batu-batu kerikil hingga berbuih. Sepatu kecil terlihat mulai menyusuri jalan berbuih itu menuju fakultas, lengkungan bibir terkesan manis menyapa teman-teman sejawatnya yang juga sedang berjuang menuntut ilmu, hatinya ikut bersorai-sorai riang dan kobaran semangatnya mulai menggebu-gebu setelah sampai di fakultas. Setelah memasuki lorong pintu ruangan yang menegangkan dan menciutkan nyali para mahasiswa semester akhir, tibalah saat yang ditunggu-tunggu. Dara mengucapkan salam kepada sang ibu yang sedang duduk di meja kerjanya sembari memberi senyum. Nadinya berdetak kencang, jari-jari kakinya gemetar tak karuan bahkan keringat ketegangan mulai menyelimuti dirinya. Bibir sang ibu pun mulai mengeluarkan suara-suara lembut bernada khas logat jawa, rangkaian kata demi katanya mulai terekam di memori Dara dan setiap kata yang tersusun apik mengiringi realita tentang awalan dari kisah orang nomor satu di kampus hijau itu. Inilah sharing singkat dari sang ibu.
"Bermula pada masa kuliahnya, segala liku-liku kisahnya pada masa itu selalu diiringi dengan amanah-amanah dan pelajaran yang beliau dapatkan dari orang tuanya sejak kecil untuk memberikan dan menyebarkan kebaikan. Beliau berasal dari keluarga yang sederhana berdarah Makassar dan terlahir di tanah Riau.
Sosok pemuda rantau yang menapaki jenjang pendidikan perguruan negeri di berbagai kota dengan berlandaskan kedisiplinan, kejujuran, kerja keras dan loyalitas yang melekat pada dirinya serta dukungan dari keluarga terkhusus sang istri dan anak-anaknya itu yang mengiringi beliau bisa sampai pada puncak kesuksesannya". Ujar sang ibu seraya tangannya bergerak seolah-olah ikut bercerita.
      Mendengar kata demi kata yang terlontar lembut dari bibirnya yang merona merah itu, Dara terdiam sejenak dan mengingat sesuatu yang berkenaan dengan sosok petinggi nomor satu di kampus hijau. Memorinya mengajak menelusuri ruang waktu pada sebuah peristiwa beberapa minggu silam yang membuatnya senang dan bersemangat.Â
     Di siang hari yang terik, tampak sosok laki-laki setengah baya memakai seragam abu-abu, berkopiah hitam megah dengan ditemani beberapa pengawal sedang melihat lautan mahasiswa telah memenuhi sebuah auditorium, beliau pun mendengar teriakan semangat mahasiswa yang berapi-api memenuhi ruangan itu dan sepatu hitamnya mulai melangkah keluar ruangan menuju mobil klasik yang tengah menunggu kehadirannya, dia juga menebarkan senyuman penuh kebanggaan dan turut bangga melihat tetesan keringat antusias dari ratusan mahasiswa di luar ruangan membuka lapak kreatifitasnya.
"Pak...... Pak... mari singgah ke sini lihat-lihat." Sahut seorang bu Khermarinah salah satu dosen PGMI dengan senyuman khasnya sembari menggenggam sebuah cup minuman es timun selasih yang menyegarkan.