Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menghargai Jarak di Antara Kita

22 Maret 2020   16:12 Diperbarui: 22 Maret 2020   18:18 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi:distance (sumber: pixabay.com|diolah kembali oleh penulis)

Jarak ini bagus untuk kita. Jarak ini mengajarkan segala hal yang selama ini mungkin kita abaikan. Indahnya kebersamaan dan keutuhan keluarga, keberadaan sahabat, rekan, dan saudara. Bahkan jarak mengajarkan pada kita untuk menghargai sepi.

Mengapa sepi? Mengapa sunyi harus dihargai?

Terlepas apakah kita ekstrovert atau introvert. Selama ini kita harus terbiasa dengan segala keramaian. Hiruk pikuk pekerjaan dan kesibukan yang memenjarakan pada tugas manusia kita untuk selalu beraktualisasi serta menunjukkan esistensi kita di tengah lingkungan.

Tanpa sadar, di antara kita mungkin ada yang abai pada kedekatan hubungan antara kita dengan alam. Terkadang kita lupa bahwa ada hal yang kita butuhkan untuk dapat hidup dengan seimbang.

Semua harus seimbang. Seperti seekor burung mampu terbang tinggi, karena kedua sayapnya ia kepakkan, bukan hanya satu sisi sayap saja.

Menghargai sebuah relasi bukan hanya sebatas untung rugi. Apa pun bentuk relasi kita, bahkan relasi tersebut bergerak dalam perniagaan sekalipun. Karena kunci kekayaan adalah berbagi. 

Percayakah kau, sahabat, jika sebenarnya kita menjadi kaya hanya dengan kata cukup? Bila merasa rugi, bukankah kita tak percaya pada keadilan Tuhan yang sempurna? Mari sadari, sebenarnya semesta telah bergerak dengan teratur.

Kembali pada jarak yang saat ini harus terbentang, mengajarkan kita untuk saling menghargai, menghormati satu dengan yang lain. 

Jarak mengajarkan pada kepedulian dan rasa saling percaya antar sesama. Karena ternyata jauh di luar sana ada mereka yang patut kita bawa dalam keheningan doa. Pula rasa percaya pada kemurahan Sang Pencipta bahwa segalanya pasti terjadi untuk kebaikan kita.

Bahkan melalui jarak ini saya boleh melihat begitu banyak kebaikan tertumpah menjadi satu. Paramedis yang berjuang merawat pasien yang terpapar virus corona, para aparat pemerintah yang sekian kali berupaya di tengah gunjingan dan aksi pro-kontra warganya. 

Namun ada pula aksi warga yang saling mendukung satu dengan yang lain, serta ada pula yang berusaha mengusir bosan dengan membuat segala kreatifitas positif yang dimuat dalam konten medsos mereka, serta segala kebaikan yang tak mampu saya lihat dengan mata, maupun dengar dengan telinga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun