Mohon tunggu...
Diah Ayu Tira Fitriany
Diah Ayu Tira Fitriany Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Deskripsi Ekspositori tentang Candi Prambanan

23 Maret 2023   13:02 Diperbarui: 23 Maret 2023   13:05 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Candi Prambanan

Permata budaya Hindu dari abad kesepuluh adalah Candi Prambanan. Strukturnya ramping dan menjulang setinggi 47 meter, memberikan keanggunan arsitektur yang tak tertandingi. Tiga candi utama adalah Candi Wisnu, Candi Brahma, dan Candi Siwa (utara). Kereta Trimurti, Candi Wahana, ada di depannya; wahana lainnya adalah Candi Angkasa untuk Brahma (Dewa Pemelihara), Candi Nandi (Kerbau) untuk Siwa (Dewa Pemusnah), dan Candi Garuda untuk Wisnu (Dewa Pencipta).

Orang Jawa sering menceritakan narasi tentang candi ini. Dahulu kala, seorang pria bernama Bandung Bondowoso sangat mencintai Roro Jonggrang. Roro Jonggrang meminta Bondowoso untuk membangun candi dengan 1000 patung dalam semalam. Karena dia tidak mencintainya Roro Jongrang meminta penduduk setempat menumbuk biji-bijian dan membuat api besar untuk mensimulasikan fajar, Jonggrang hampir berhasil memenuhi permintaan tersebut. Bondowoso yang hanya mampu membuat 999 arca merasa tertipu dan mengutuk Roro Jonggrang menjadi arca yang ke 1.000.

Pelataran utama Candi Prambanan merupakan rumah bagi candi Wisnu, Brahma, dan Siwa. Dalam agama Hindu, ketiga candi tersebut melambangkan Trimurti. Menghadap ke arah timur, ketiga candi tersebut. Ada candi mitra untuk setiap candi utama yang menghadap ke barat; untuk Siwa adalah Nandini, untuk Brahma adalah Angsa, dan untuk Wisnu adalah Garuda. Selain itu, terdapat 4 candi kelir, 4 candi sudut, dan 2 candi apit. Halaman kedua berisi kontras 224 candi.

Saat mengunjungi Prambanan, akan menemukan empat bilik saat memasuki candi Siwa, yang merupakan bangunan tertinggi dan terletak di tengah. Arca Siwa terletak di salah satu ruangan utama; Durga, Agastya, dan Ganesha masing-masing diwakili oleh patung di salah satu dari tiga ruangan lainnya. Arca Roro Jonggrang disebut sebagai dewi Durga dalam narasi di atas. Mirip dengan Candi Siwa, Candi Brahma hanya memiliki satu ruangan panjang dan menampung satu dewa Brahma. Letaknya di sebelah selatan Candi Siwa. Candi Garuda di dekatnya, yang merupakan tempat suci pendamping Candi Wisnu, sangat megah. Garuda adalah hibrida manusia-burung mitos yang muncul di candi ini. 

Mitologi Hindu menampilkan burung supernatural yang dikenal sebagai Garuda yang memiliki paruh seperti elang, sayap merah, wajah putih, dan tubuh emas. Sosok ini dikatakan sebagai adaptasi Hindu dari sosok mitologi Bennu, yang berarti "terbit" atau "bersinar" dan biasanya dikaitkan dengan dewa Re. Phoenix dalam mitologi Yunani atau Mesir kuno. Dengan mengambil Tirta Amerta, Garuda dapat membebaskan ibunya dari kutukan Aruna, kakaknya yang lahir dengan kebutuhan khusus (air suci para dewa). 

Banyak orang telah menghormati kemampuan menabung ini hingga saat ini, dan digunakan untuk berbagai hal. Ini berfungsi sebagai bendera Indonesia. Dikabarkan penemu lambang Garuda Pancasila mencari inspirasi di candi ini. Thailand, yang mengadopsinya sebagai lambang negara dengan alasan yang sama tetapi dengan bentuk dan tampilan yang berbeda, adalah negara lain yang melakukan hal yang sama. Garuda disebut sebagai Krut atau Pha Krut di Thailand.

Terdapat relief candi yang menceritakan Ramayana di Prambanan. Para ahli mengklaim bahwa patung itu sebanding dengan Ramayana, sebuah kisah kuno yang diwariskan secara lisan. Pohon Kalpataru, yang dalam agama Hindu dianggap sebagai pohon kehidupan, kelestarian, dan keserasian lingkungan, merupakan relief menarik lainnya. Pohon Kalpataru ditampilkan mengapit singa pada patung di Prambanan. Mirip dengan gambar Garuda, Kalpataru saat ini digunakan untuk berbagai kegiatan. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia diwakili oleh Kalpataru di negara tersebut (Walhi). Bahkan, setelah menelaah relief Kalpataru di candi ini, sejumlah ilmuwan di Bali melahirkan gagasan Tri Hita Karana untuk pelestarian lingkungan. Gunungan yang digunakan untuk membuka kesenian wayang juga memiliki pohon kehidupan. demonstrasi jangkauan internasional dari relief Prambanan.

Karena banyak batu asli diambil atau dimanfaatkan di tempat lain, beberapa bagian candi harus diperbaiki dengan menggunakan batu baru. Jika setidaknya 75% dari batu asli tersisa, sebuah candi hanya akan dipugar. Akibatnya, banyak candi kecil yang tidak pernah dipugar, hanya menyisakan fondasinya saja. Sejak tahun 1991, candi ini telah menjadi properti yang dilindungi UNESCO. Hal ini antara lain menandakan bahwa kompleks tersebut dijaga dan memiliki status tertentu, seperti pada masa perang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun