Mohon tunggu...
Diah Asih Sukesi
Diah Asih Sukesi Mohon Tunggu... Administrasi - Hobby Menulis, Travelling, Masak jika mau

Pegawai Menikah dan memiliki 3 orang anak

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Anak Belajar dengan Gembira di Rumah

28 Juli 2021   09:00 Diperbarui: 28 Juli 2021   09:17 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ANAK BELAJAR DENGAN GEMBIRA DI RUMAH

Wabah pandemi .covid 19 memberikan hikmah yang luar biasa bagi saya selaku ibu pekerja yang memiliki 3 anak , kebetulan yang dua orang masih duduk di jenjang Sekolah Dasar, sedangkan anak saya yang besar sudah berkuliah dan tidak bersama kami lagi. Saya akan menceritakan pengalaman saya dalam mendidik mereka ketika sekolah harus berpindah ke rumah. Masing-masing anak memberikan interaksi yang berbeda karena menurut saya anak-anak itu bersifat unik.

Perkenalkan saat ini saya adalah seorang Ibu pekerja yang harus membagi waktu dengan kedua anak saya yang masih sekolah. Anak kedua saya saat ini duduk di kelas 5 jenjang Sekolah Dasar dan anak ketiga duduk di kelas 4 jenjang Sekolah Dasar. Hal ini membuat saya harus berbagi jadual untuk bekerja di rumah dan mendampingi mereka untuk belajar di rumah.

Ketika saya dan suami harus bekerja di rumah, kedua anak saya begitu gembira karena kami selalu ada disisinya sepanjang waktu, awalnya kedua anak kami sangat bersuka cita menerima jika saat ini bersekolah pindah di rumah, mereka menyambut dengan gembira .Mereka sempat bertanya kenapa sekolah harus di rumah, kamipun berkata,”Bahwa hal ini dilakukan oleh pemerintah untuk memutus rantai penyebaran covid 19,”. Kata anakku yang kedua, Bunda pernah berkata,” padahal virus ini seperti virus influenza kenapa kita tidak boleh sekolah, dan akupun berkata bahwa penyakit ini peyebarannya sangat cepat dan bisa mematikan khusus untuk orang—orang yang memiliki penyakit bawaan dan orang tua yang memiliki usia diatas 45 tahun, dan saat ini belum ditemukan obatnya. Kalau begitu apa saja yang harus aku lakukan kata anakku tak mau berhenti bertanya,” Bunda dengan sabar menjawab,” Pertama ketika keluar rumah harus mengenakan masker, cuci tangan dan jaga imunitas atau daya tahan tubuh. Tapi agar mereka lebih jelas kamipun mengajak mereka untuk membuat poster bersama tentang Virus Corona.

Tepat seminggu kedua anakku beralih belajar di rumah, setiap hari ada berbagai tugas yang harus dikerjakan sesuai dengan tema yang sudah disusun di sekolah, yang membuat sedih anak-anakku seharusnya mereka ada tugas outing ke Cisolok wilayah Jawa Barat untuk kelas 4 dan ke Ujung Kulon untuk kelas 5 mengunjungi ke Taman Nasional Ujung Kulon. Tetapi karena pandemic ini maka kedua kegiatan tersebut akhirnya dibatalkan.

Berat memang ketika kita harus merubah pemahaman anak bahwa bersekolah berpindah ke rumah adalah hal yang biasa tetapi tidak buat anak-anakku karena menurutnya bersekolah adalah saatnya untuk bersosialisasi dengan teman-teman dan tempat belajar dan mengerjakan tugas adalah di sekolah bukan di rumah. Menurut kedua anakku di rumah adalah tempat mereka untuk beristirahat.

Tetapi seiring berjalannya waktu dan kami berbagi peran dengan ayah agar bisa mendampingi anak-anak dalam belajar dan menghilangkan rasa bosa dengan kegiatan-kegatan yang bermakna dan kami merancang bahwa mereka serasa tidak belajar tetapi mereka kami libatkan untuk berbagi peran , kebetulan saat pandemic Covid 19  di bulan Ramadhan jadi kami bagi beberapa kegiatan sesuai tema pembelajaran yang ada di sekolah. Dan tak lupa kami saling berkomunikasi dengan pihak orang tua, guru dan fasilitator dimana anak-anak kami berada. 

Saat pandemik covid ini, asisten rumah tangga kami di rumahpun kami sarankan untuk tidak masuk sehingga anak-anak kami libatkan untuk melakukan pekerjaan rumah tangga sesuai dengan usia dan berdasarkan pilihan mereka sendiri , karena mereka masih kecil terkadang juga mengakibatkan tugas yang diberikandari sekolah sering bergeser dari jadual yang telah ditetapkan tetapi bagiku tak masalah karena anak-anak ketika kita libatkan jadi merasa tumbuh percaya diri dan tentunya ada apresiasi dari kami yaitu berbuka dengan makanan yang paling mereka sukai. Tetapi hal ini kami komunikasikan dengan para guru dan fasilitator kelas masing-masing anak.

Kebetulan kurikulum di sekolah anak-anak kami adalah 1) Kurikulum berbasis akhlak yaitu menumbuhkan sifat-sifat religious dan pembentukan karakter sebagai makhluk ciptaan Alloh swt; 2)Kurikulum berbasis alam yang mengasah daya pikir dan logika anak; 3) Kurikulum berbasis leadership, karena sesuai kodrat penciptaan manusia adalah menjadi khalifah di muka bumi ini; 4 Kurikulum Entrepreneurship yaitu anak-anak dilatih untuk bisa melakukan wirausaha, contoh berjualan donut, roti atau pembatas kertas. Setiap pembelajaran dilaksanakan dengan berbasis tema, sehingga masing-masing tema dikaitkan dengan bidang pembelajaran yang akan dicapai ada Agama, Sains, Matematika, Bahasa, Kreatifitas, Tahsin dan Tajwid, serta Kepanduan.

Pada prinsipnya setiap aktifitas yang kami lakukan memiliki makna, contoh ketika menjelang berbuka, anak-anak dilibatkan untuk menyiapkan dan menata makanan dan minuman, serta menata piring, gelas untuk kegiatan mereka berbuka, dan usai berbuka kamipun melaksanakan sholat 5 waktu, dengan bergiliran anak-anak diberikan kesempatan menjadi imam sholat. Selain itu kita punya prinsip dan komitmen bahwa apa yang dilakukan oleh kita bersama adalah dengan gembira dan tidak boleh merendahkan dan meremehkan pekerjaan yang dilakukan sehingga anak-anak memiliki kepercayaan diri yang tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun