Mohon tunggu...
Dhila Anisa
Dhila Anisa Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Menulis untuk belajar, belajar untuk menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Saat Teman Broken Home, Apa yang Harus Dilakukan?

2 April 2019   04:45 Diperbarui: 1 Juli 2021   06:08 1259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat Teman Broken Home, Apa yang Harus Dilakukan? | vebma.com

Beberapa hari yang lalu saya berkesempatan untuk berkunjung disalah satu SMP Negeri yang ada di kota ini. Sebagai seorang mahasiswa baru tentunya saya merasa sangat antusias memperhatikan murid-murid SMP kala itu.

Waktu itu saya ditugasi memberi sedikit materi kepada siswa-siswa tersebut. Siswa SMP yang notabene adalah masa peralihan antara anak-anak ke masa remaja adalah masa dimana anak tersebut serba ingin tahu dan melakukan apa-apa yang menurut mereka menarik.

Setelah beberapa saat waktu pulangpun tiba, kami saling berjabat tangan dan tibalah pada siswa terakhir, entah mengapa serasa ada yang berbeda dengan siswa yang satu ini, sejak awal dia terlihat lebih pendiam dibanding teman-teman yang lain, akhirnya sebelum pulangpun saya sempat berbincang sedikit dengan siswa laki-laki tersebut.

Baca juga: Dear Broken Home

"Dek, pulang sama siapa?"
"Sendiri kak"
"Nggak dijemput? Ini kan udah sore banget dek"
"Nggak kak hehe"
"Biasanya pulangnya juga sendiri? Dirumah ada siapa aja emang?
"Saya di rumah sama nenek"
"Ohh..terus orang tua?"
"Orang tua udah pisah, dan masing-masing sudah menikah lagi. Jadi saya tinggal sama nenek.".
"Ohh..Ya udah pulangnya hati-hati ya dek"
"Iya kak, terimakasih"
"Sama-sama"

Dari cerita singkat di atas, seorang anak selayaknya mendapatkan kasih sayang orangtua dan tumbuh di dalam lingkungan yang mendukungnya untuk berkembang. Namun apa jadinya jika anak tersebut tinggal di dalam keluarga yang tidak harmonis atau broken home?

Sebuah penelitian yang dilakukan di The University of New Hampshire Cooperative Extension Inggris menunjukkan bahwa anak yang berasal dari keluarga broken home akan terkena berbagai dampak yang berpengaruh terhadap proses pertumbuhannya. Diantaranya yaitu

1. Dampak Emosional. 

Saat terjadi broken home, anak-anak yang masih berusia tiga hingga 13 tahun dapat mengalami pertumbuhan emosional yang terhambat. Akhirnya sang anak lebih memilih untuk jarang dirumah dan bisa saja meluapkan emosi serta masalah yang dibawanya diluar rumah

Baca juga: Anak Broken Home Tidak Punya Masa Depan, Benarkah?

2. Dampak Sosial. 

Ada dua kemungkinan disini, yang pertama siswa akan benar-benar menutup diri dari lingkungannya, dan yang kedua siswa tersebut akan terjebak dalam lingkungan yang salah yang menyebabkan prestasi menurun, kenakalan remaja, dll.

3. Dampak Mental

Depresipun jelas tidak bisa dihindari, karena banyaknya tekanan yang ia alami secara terus menerus dari kejadian tersebut.

Lalu bagaimana peran kita sebagai lingkungan yang ada di sekitarnya?

Sejatinya kita sebagai kerabat dekatnya pun ikut berperan penting dalam pengaruh sosialnya. Caranya yaitu:

1. Dengarkan ceritanya walaupun itu susah dimengerti, hargai , bersabar dan tunjukkan kalau kalianorang yang tepat untuk curhat.

2. Jangan mendekripsikan bagaimana buruknya orang lain saat menghadapi masalah yang sama dan jangan menyela pembicaraannya sebelum dia selesai dengan topiknya

3. Ajak teman kalian berkumpul di grup atau kelompok dimana kalian bergabung. Terkadang bersama dengan remaja yang lain akan merasakan nyaman dan menentramkan.

4. Berikan semangat kepada teman kalian untuk menuliskan perasaannya.

5. Tanyakan kepada temanmu apakah mereka melakukan hal-hal berbahaya seperti minum alkohol, memakai obat-obatan terlarang, dsb. Jika teman kalian dalam bahaya segeralah mintalah bantuan kepada orang yang lebih tua bisa juga kepada guru BK

Baca juga: Stigma "Broken Home": Tali Penjerat Kesehatan Mental Anak

6. Tanyakan kepada teman kalian apakah mereka makan secara teratur. Jika tidak ingatkan akan kesehatan mereka.

7. Luangkanlah waktumu untuk mengobrol dengannya baik hanya melalui telpon, chating atau media komunikasi lainnya.

8. Jangan memaksa teman kalian jika mereka tidak mau cerita tentang keluarganya.

9. Beri tahu mereka bahwa mereka tidak sendiri, dan kamu percaya padanya.

10. Berikan pujian dan semangat, biarkan mereka mengetahui bahwa kalian menerima mereka dengan kondisi apapun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun