Mohon tunggu...
Dhifaaf AinunJuwairiyah
Dhifaaf AinunJuwairiyah Mohon Tunggu... Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta

Mencari inspirasi

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Defense Diplomacy dalam Kerangka Kerja Sama Trilateral Indonesia-Malaysia-Filipina di Laut Sulu-Sulawesi

11 Mei 2025   12:22 Diperbarui: 12 Mei 2025   16:33 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hukum. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Keberhasilan tersebut tidak lepas dari integrasi sistem pemantauan berbasis teknologi canggih, seperti Maritime Domain Awareness (MDA) yang memungkinkan ketiga negara berbagi data radar dan satelit secara real-time sehingga meningkatkan respons terhadap ancaman secara cepat dan efektif. Teknologi tersebut dipelopori oleh Indonesia untuk meningkatkan respons cepat terhadap serangan hit-and-run Abu Sayyaf.

Selain itu, kerja sama ini juga memperkuat hubungan bilateral melalui kegiatan pendukung seperti kunjungan pelabuhan (port visit) rutin dan program pelatihan bersama untuk perwira muda yang turut membangun kepercayaan dan pemahaman antar militer ketiga negara. Dari perspektif ekonomi, peningkatan keamanan ini berdampak positif pada peningkatan volume perdagangan laut di kawasan tersebut sebesar 15% di kawasan tersebut pada 2018-2019.

Di sisi lain, TCA menghadapi beberapa tantangan struktural yang cukup kompleks. Pertama, terdapat asimetri kapasitas militer antara Filipina yang masih bergantung pada dukungan Amerika Serikat dan Indonesia serta Malaysia yang lebih mandiri dalam hal sumber daya dan teknologi pertahanan. Kedua, kelompok Abu Sayyaf terus beradaptasi dengan taktik baru seperti serangan hit-and-run dan penggunaan perahu cepat yang sulit dilacak oleh patroli laut.

Menurut laporan dari Marine Policy (2025) juga menyoroti keterbatasan anggaran di mana hanya sekitar 30% dari dana yang dijanjikan untuk pengembangan infrastruktur pengawasan telah direalisasikan, sehingga menghambat optimalisasi sistem keamanan maritim. Kritik lain datang dari pengamat keamanan, Connie Rahakundini Bakrie yang menilai bahwa TCA masih bersifat reaktif dan belum menyentuh akar permasalahan seperti kemiskan dan radikalisme di komunitas pesisir yang menjadi basis kelompok bersenjata.

Dapat dilihat bahwa Indonesia memiliki peran penting dalam menghadapi konflik di Laut Sulu-Sulawesi ini. TCA menunjukkan bahwa melalui latihan militer bersama dan pertukaran intelijen, ketiga negara dapat membangun kepercayaan strategis yang menjadi dasar penting dalam kerja sama jangka panjang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun