Pada perdagangan emas pekan ini, diketahui bahwa harga emas saat ini bergerak tidak stabil bahkan cenderung liar atau volatile. Sehingga dapat dipastikan perekonomian global dalam kondisi yang sulit diprediksi, dikarenakan banyak krisis yang terjadi, seperti Pandemi Covid-19, Konflik Rusia-Ukraina, Proyeksi kebijakan moneter ketat, hingga konflik antara China dan Taiwan yang menjadi indikator harga emas yang volatile.
Saat ini (8/12/2022), harga emas di Gold Price History, berada di US$ 1.782,3 per troy ons. Harga emas menguat 0,63%.
Pada perdagangan Rabu (7/12/2022) kemarin, harga emas melemah 0,07% dibanding hari sebelumnya di US$ 1.769,63 per troy ons.
Pada perdagangan Selasa (6/12/2022), harga emas menguat 0,14% di harga US$ 1.770,91 per troy ons, setelah jeblok 1,6% di awal pekan.Â
Dalam sepekan, harga emas menguat tipis 0,07%. Dalam sebulan, harga emas masih melonjak 5,7% sementara dalam setahun melemah 0,81%.
Harga emas yang bergerak volatile, karena dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ketatnya kebijakan moneter Amerika yang membuat emas tertekan. hingga isu resesi yang diklaim sebagai penopang pergerakan harga emas.
Deputi Bidang Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves Septian Hario Seto menyebut Eropa 100% resesi pada 2023. "Di Uni Eropa 12 bulan ke depan 100% hampir pasti resesi. Amerika Serikat 65% resesi," ujarnya.
Septian menyebut dampak resesi di negara-negara tersebut akan berpengaruh ke pengusaha Indonesia. Salah satunya adalah berkurangnya pesanan dari negara tujuan ekspor.
Dikutip dari The Guardian, CEO Goldman Sachs David Solomon mengingatkan perekonomian global akan menghadapi ketidakpastian serta periode yang bergejolak hingga tahun depan. David menjelaskan kebijakan moneter yang ketat serta perkembangan ekonomi yang berganti begitu cepat membuat ekonomi global bergerak lambat.