Peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia tidak hanya bergantung pada kurikulum dan fasilitas, tetapi juga pada kemampuan guru untuk terus belajar dan berinovasi. Melalui karya inovatifnya, Dhea Risma Andini, mahasiswa Universitas Negeri Semarang (UNNES), menghadirkan "Modul Pendamping Guru Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di Sekolah Dasar" sebagai wujud nyata kontribusi akademisi muda dalam mendukung penguatan kapasitas guru.
Modul ini disusun untuk membantu guru memahami dan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan langkah-langkah yang sistematis, sederhana, dan mudah diterapkan. Dhea menuturkan bahwa masih banyak guru yang menganggap PTK sebagai beban administratif semata, padahal PTK sejatinya merupakan sarana refleksi profesional yang sangat efektif untuk meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. Melalui PTK, guru dapat mengenali permasalahan pembelajaran secara nyata, merancang tindakan perbaikan, serta menilai dampaknya terhadap hasil belajar siswa.
Salah satu penerapan modul ini dilakukan di SD Negeri Kaligangsa Kulon 1 Brebes. Di sekolah ini, para guru menghadapi tantangan berupa keterbatasan alat peraga dan media pembelajaran, khususnya dalam mata pelajaran IPAS. Melalui pendampingan dan penggunaan modul, guru mulai menerapkan alat peraga sederhana serta memanfaatkan media digital untuk membantu siswa memahami konsep-konsep sains dengan lebih konkret. Hasilnya, aktivitas dan pemahaman siswa meningkat secara signifikan, dan suasana kelas menjadi lebih interaktif serta menyenangkan.
Karya ini tidak hanya mendapat respon positif dari guru, tetapi juga mendapat pengakuan resmi dari pihak sekolah. Kepala SD Negeri Kaligangsa Kulon 1 Brebes, Bapak Akhmad Kharis, M.Pd, memberikan Surat Pengakuan Karya kepada Dhea Risma Andini atas modul berjudul "Peningkatan Aktivitas, Pemahaman, dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPAS melalui Pemanfaatan Alat Peraga Sederhana dan Media Pembelajaran Sederhana di Kelas V SD Negeri Kaligangsa Kulon 1 Brebes".
Dalam surat tersebut, beliau menyampaikan bahwa modul tersebut telah digunakan oleh guru-guru di sekolah dan terbukti membantu meningkatkan keterlibatan siswa, memperdalam pemahaman konsep, serta meningkatkan hasil belajar meskipun dengan fasilitas yang terbatas. Pengakuan ini menjadi bukti bahwa karya akademisi muda mampu memberikan dampak langsung dan nyata bagi dunia pendidikan dasar.
Lebih dari sekadar panduan, modul ini menjadi sarana pengembangan budaya akademik di sekolah. Guru diajak untuk menjadi "peneliti di kelasnya sendiri", berbagi pengalaman, dan berkolaborasi dalam menemukan solusi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi kelas. Dhea berharap modul ini dapat terus dimanfaatkan dan dikembangkan oleh guru-guru lain sebagai bagian dari praktik reflektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di Indonesia.
Karya ini sekaligus menjadi bentuk bakti akademisi UNNES dalam menjawab tantangan pendidikan abad ke-21. Melalui modul sederhana namun bermakna ini, Dhea menunjukkan bahwa kontribusi bagi dunia pendidikan tidak harus besar atau rumit, cukup dimulai dari kepedulian, kemauan belajar, dan semangat untuk berbagi.
Pada akhirnya, pendidikan yang berkualitas lahir dari guru yang mau berubah, belajar, dan berefleksi. Semoga langkah kecil ini menjadi inspirasi bagi para calon pendidik lain untuk terus berkarya dan menghadirkan perubahan positif di dunia pendidikan Indonesia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI