Dengan mengusung tema "Optimalisasi Pemanfaatan Sampah Rumah Tangga Menjadi Barang Bernilai Ekonomis", mahasiswa UMJ menghadirkan inovasi berbasis zero waste ecosystem yang memadukan tiga sektor sekaligus: budidaya magot, ternak lele, dan tanaman hidroponik.
Program ini dijalankan dengan metode partisipatif. Warga berkontribusi dalam memilah sampah melalui kegiatan "Operasi Semut", lalu sampah organik diolah menjadi pakan magot. Magot dipanen sebagai pakan lele yang dipelihara di kolam terpal. Air limbah kolam kemudian dialirkan ke instalasi hidroponik untuk menyuburkan tanaman sayuran. Seluruh proses ini membentuk siklus zero waste yang efisien dan berkelanjutan.
Dari Sampah Menjadi Magot Bernutrisi
Sampah organik seperti sisa nasi, sayuran, dan buah yang biasanya dibuang begitu saja kini dimanfaatkan sebagai media budidaya larva Black Soldier Fly (BSF) atau magot. Larva ini mampu mengurai sampah dalam jumlah besar sekaligus menghasilkan pakan kaya protein. Dengan sistem sederhana berupa kandang rak kayu dan wadah plastik, magot tumbuh subur dalam waktu 15 hari.
"Dulu sampah organik hanya bikin bau di sekitar rumah. Sekarang justru jadi bahan pakan yang bisa menghasilkan uang," kata Lia, salah satu warga Pondok Cabe Ilir yang terlibat dalam program ini.
Magot Jadi Pakan Lele
Inovasi berlanjut pada budidaya lele. Mahasiswa bersama karang taruna Rt005 membangun kolam lele sederhana berbahan terpal. Yang di isi ratusan Ikan lele yang diberi pakan kombinasi magot dan pelet, yang mampu menekan biaya operasional cukup signifikan. Hasilnya, pertumbuhan ikan stabil, angka kematian rendah, dan panen lele bisa dijadikan konsumsi maupun sumber pendapatan tambahan keluarga.
Magot yang dipanen sebagian bisa langsung diberikan sebagai pakan lele, menggantikan sebagian pelet yang harganya cukup mahal. "Biaya pakan bisa lebih hemat hampir separuhnya. Lele juga tetap sehat, tumbuh cepat," jelas Fadil, pemuda karang taruna yang setiap pagi memberi pakan.
Air Kolam Jadi Nutrisi Hidroponik
Keunggulan sistem ini terletak pada pemanfaatan limbah air kolam lele. Yang semula dibuang, air kolam kaya nutrisi dialirkan ke instalasi hidroponik untuk menumbuhkan sayuran seperti kangkung, selada, dan sawi. Hasilnya, sayuran tumbuh sehat tanpa pupuk kimia, siap dikonsumsi warga, bahkan dijual sebagai produk pangan sehat.
"Kami ingin mengajarkan bahwa limbah tidak selalu berarti kotoran, tetapi bisa jadi sumber kehidupan baru. Inilah konsep zero waste yang kami terapkan," jelas Riffa, mahasiswa KKN UMJ kelompok 38.
Konsep zero waste
Program KKN ini membentuk siklus saling menguntungkan:
- Sampah organik diolah menjadi pakan magot
- Magot dijadikan pakan ikan lele bernutrisi tinggi
- Air kolam lele dimanfaatkan sebagai pupuk cair alami hidroponik
- Sayuran hidroponik menghasilkan pangan sehat sekaligus bernilai jual
Sistem ini menghadirkan konsep zero waste yang tidak hanya menjaga kebersihan lingkungan, tetapi juga membuka peluang ekonomi kreatif berbasis masyarakat. "Kami berharap setelah KKN selesai, warga bisa melanjutkan program ini secara mandiri. Kalau dikelola dengan baik, ini bisa jadi sumber pangan sekaligus usaha kreatif yang berkelanjutan," kata Dhea, salah satu mahasiswa KKN UMJ.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI