Oase Kecil di Tengah Beton Kota
Di antara deretan apartemen tinggi dan perumahan mewah di kawasan Srengseng, Jakarta Barat, ada sebuah gang kecil yang mungkin tak akan dilirik bila sekadar melintas.
Untuk memasukinya, kita harus menaiki tangga buatan dari semen yang mengarah ke lorong sempit-untuk menaiki tangga tersebut harus antre karena hanya cukup satu orang. Lebar jalan di sepanjang gang tersebut hanya cukup 2 motor berpapasan itu pun mepet sekali. Namun, siapa sangka-di balik lorong itu tumbuh kehidupan yang hijau dan penuh kehangatan.
Gang itu bernama Gang Hijau Nanas, dinamai dari jalan tempatnya berada di jalan nanas Rt 03 Rw 07 Kelurahan Srengseng. Di sepanjang jalannya berjejer rapih pot-pot dengan berbagai jenis tanaman: ada lavender yang begitu disentuh daunnya langsung menempel aroma khasnya, ada pohon jambu, bunga kertas, hingga anggur yang merambat di atas.
Di samping saung terdapat kolam kecil berisi ikan, di atasnya ada deretan pipa hidroponik yang menjadi ikon kawasan ini. Dari tanaman inilah menghasilkan sayuran segar yang akan dijual kembali ke warga sekitar. Setiap kali panen tiba, selalu habis diborong warga-karena kualitas dari sayurannya jauh lebih enak dari yang biasa dibeli dari pasar.
Kunjungan di Tengah Lorong Hijau
Jakarta, 14 Oktober 2025, saya berkesempatan mengunjungi kawasan ini bersama teman-teman dari Jakarta Ecotourism Festival 2025. Tempat ini menjadi salah satu destinasi yang dipilih dinas Pariwisata dalam mengenalkan tanaman hidroponik yang menghasilkan nilai ekonomi bagi warga sekitarnya.
Kami disambut hangat oleh pengurus RT, RW, Ibu PKK, serta pengelola Bank Sampah. Senyum ramah mereka menyambut kami di antara rimbunnya tanaman hijau, dari sinilah saya mulai memahami bahwa hijau di Gang Nanas bukan sekadar warna-tapi gaya hidup.
Ketua RT 03, yang juga menjadi pelopor tumbuhnya tanaman hidroponik di kawasan ini, bercerita bagaimana awalnya ia belajar budidaya hidroponik secara mandiri. Tujuannya sederhana gagasan ini untuk seluruh warganya adalah hasil panen bisa dikonsumsi sendiri, dan jika berlebih dijual, bisa menjadi tambahan nilai ekonomi bagi warga.
Alhamdulillah, upaya itu disambut antusias oleh warga. Terlebih, ibu-ibu PKK turut mendapat pelatihan hidroponik, sehingga gang sempit ini perlahan berubah menjadi lorong hijau penuh harapan.
Ketika kawasan ini mulai tertata dan rimbun, mereka mengikuti lomba lingkungan pada September 2017. Hasilnya membanggakan — juara 1 tingkat wali kota dan juara 3 tingkat provinsi. Sejak saat itu, banyak pihak datang berkunjung, memberikan bantuan, atau sekadar belajar dari keberhasilan mereka.