Mohon tunggu...
Choirunnisa
Choirunnisa Mohon Tunggu... Freelancer - mengurus rumah tangga

Seorang Thinking extrovert | senang belajar | lulusan ekonomi - akuntansi | penulis buku antologi Sekotak Maaf untuk Ibu |

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Bersyukur, Mudah Ketika Mendapat Berkah dan Sulit Ketika Mendapat Musibah

11 Maret 2024   12:21 Diperbarui: 11 Maret 2024   12:41 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar akurat.co

Sudahkah kita bersyukur hari ini? 

Untaian rasa syukur pasti selalu kita ucapkan ketika sesuatu yang kita inginkan dikabulkan oleh Allah SWT.


Alhamdulillah hirabbil 'alamin, begitulah kiranya kalimat syukur yang sering kita ucapkan ketika mendapat kenikmatan. Hati menjadi senang dan rasanya begitu indah. Merasa Allah SWT begitu sayang kepada kita, karena mengabulkan apa yang kita inginkan. 

Bagaimana jika sesuatu hal yang terjadi tidak sesuai dengan pengharapan kita selama ini, masihkah kita bisa mengucapkan syukur atas sesuatu yang bukan ingin kita? Masihkah kita berprasangka baik atas apa yang Allah SWT takdirkan dalam hidup kita? 

Kegagalan, kesulitan, kekhawatiran, dan ketidaknyamanan atas hidup yang kita alami selama ini, apakah masih bisa kita terima dan mensyukurinya? Atau sebaliknya?
Bersyukur memang tak semudah mengucapkannya. 


Apalagi ketika kita diperlihatkan banyaknya kenikmatan yang orang lain dapatkan, lalu kita mempertanyakan "mengapa aku tidak seperti itu?", " enaknya jadi dia dengan segala kemudahan hidupnya".

Secara tidak sadar membuat diri menjadi tidak bersyukur, lalu lupa atas segala yang Allah SWT beri selama ini menjadi tiada berarti karena kita merasa sesuatu yang kita miliki hari ini tidak seberapa dibandingkan orang lain yang kita anggap lebih beruntung. 

Padahal Allah SWT berfirman dalam surat An Nahl:18:
Artinya: Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S.An Nahl:18) 

Perasaan iri itu memang fitrah setiap manusia, tetapi bagaimana kita bisa mengelolanya supaya tidak menjadikan hati kita kotor dan membuat kufur akan nikmat-Nya.


Jika hati kita belum mampu mengelola hal-hal seperti itu maka nasihat Gus Baha adalah "kurangi melihat nikmat orang lain", dengan begitu hati kita menjadi lebih tenang dan mudah untuk bersyukur bahwa apa yang kita miliki hari ini banyak orang yang menginginkannya. 

Allah SWT berfirman:
"Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah." (QS Al-Hadid: 22).

Percayalah segala sesuatu yang terjadi dalam hidupmu adalah sesuatu yang sudah Allah SWT pilihkan sebaik-baiknya dan Allah SWT pilihkan dari resiko yang paling kecil untuk hambanya. 

Misalnya: pagi ini kamu kecopetan di Pasar, lalu ketika itu terjadi kamu berkata "seharusnya Saya tidak pergi ke Pasar supaya tidak kecopetan". Sepanjang hari kamu mengutuk kejadian hari itu.
Padahal bisa jadi takdir kecopetan itu sudah resiko paling kecil yang Allah SWT pilihkan. Dari kecopetan itu hanya uang atau harta lainnya yang hilang, bisa jadi kalau kita tidak pergi ke pasar, ada bahaya lain ketika kita di dalam rumah.

Rezeki dan Rasa Syukur


Kita terkadang lupa bahwa memiliki keluarga yang harmonis, badan yang sehat, teman-teman yang baik, tetangga yang baik merupakan rezeki besar yang juga harus disyukuri. Sering kita kaitkan rasa syukur hanya dari berapa rezeki (harta) yang kita miliki. 

Mudah mensyukuri rezeki jika yang didapat dalam jumlah yang besar dalam hitungan manusia, padahal ketika berapapun yang didapat yakinlan akan firman Allah SWT dalam surat Ibrahim ayat 7:
Artinya: (Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras." (Q.S. Ibrahim:7) 

Allah SWT sudah dengan jelas memberi petunjuk, kuncinya adalah bersyukur maka akan ditambah. 

Momentum Bulan Suci Ramadan, kita bisa mengambil hikmah bahwa:
Dengan berpuasa Ramadan kita merasakan lapar dan haus, kita menjadi lebih bersyukur di kala hari-hari lainnya kita masih bisa makan dengan enak dan kenyang, dan
Dengan berzakat fitrah, Allah SWT ingin memaksa kita untuk berbagi kepada sesama meskipun harta yang kita miliki tidak banyak, supaya kita tetap bersyukur dengan harta yang kita miliki dengan cara berbagi. 

Bersyukur di kala mendapat nikmat yang kita inginkan memang terasa mudah karena bahagia. Sebaliknya bersyukur di kala mendapat ujian atau musibah itu sulit dijalankan. Bukan berarti tidak bisa, semakin taat seorang hamba, pastilah dia sudah memasrahkan segala takdir hidupnya. Dengan berusaha menjadi taat kepada Allah SWT, InsyaAllah segala sesuatunya menjadi mudah untuk disyukuri. 

Sebagai penutup, yakinlah atas semua janji Allah SWT. Karena sesungguhnya janji Allah SWT itu pasti. 

Berprasangka baiklah kepada Allah SWT, seperti dalam firmannya :
Artinya: Diwajibkan atasmu berperang, padahal itu kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui. (Q.S. Al-Baqarah : 216) 

Bukankah kita hanya seorang hamba yang tugasnya hanya taat? Semoga kita dilimpahkan karunia syukur yang selalu luas.
Aamiin Yaa Rabbana. 

Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadan. Semoga Allah SWT menerima puasa kita sampai hari kemenangan nanti. 

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun